REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti Fahmi Habsyi heran dengan wacana yang muncul belakangan. Yaitu, mengenai adanya kemungkinan pemakzulan terhadap Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-J).
"Pernahkah terbayangkan sebaliknya? Pemakzulan otomatis terjadi pada pimpinan DPR atau MPR karena terseret rekam jejaknya di masa lalu," ujar dia di Jakarta, Rabu (8/10).
Fahmi mengatakan, bukan tidak mungkin akan ada kejutan kasus-kasus lain korupsi lain di parlemen dan kementerian. Mengingat selama ini banyak kasus korupsi di parlemen dan keterlibatan menteri dalam kasus korupsi.
Menurutnya, yang belum bisa dibayangkan publik yaitu jika besan Amien Rais, yaitu Zulkifli Hasan atau EE Mangindaan mengalami nasib seperti Jero Wacik, Suryadharma Ali serta Andi Malarangeng ketika memimpin departemen.
"Bagaimana misalnya Setya Novianto atau Fahri Hamzah mengalami nasib seperti Nazarudin dan Lutfi Hasan Ishaq? Kalau itu terjadi, MPR dan para pemuka agama harus mendorong adanya gerakan pertobatan nasional," ujar Fahmi.
Menurut dia, jangan selalu berpikir ketika menerima sesuatu yang indah dari Allah itu adalah anugerah. Karena kadang dalam perjalanan waktu itu jadi musibah bagi keluarga dan bangsa.
"Yang terpenting bagi Jokowi-JK adalah kerja, kerja, dan kerja dengan niat untuk mengabdi pada rakyat dan bangsa agar Tuhan dan rakyat bersatu juga alam mendukung. Saya yakini itu sejak Jokowi belum dicapreskan," katanya.