REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan Kurdi yang "bertahan" terhadap kelompok Negara Islam (IS) di kota perbatasan Suriah, Kobane, dan pesawat-pesawat tempur pimpinan Amerika Serikat telah meningkatkan serangan bom untuk mendesak kembali para pejuang jihad yang berniat merebut daerah itu, kata militer AS Rabu.
"Indikasi-indikasi bahwa milisi Kurdi di sana terus mengontrol sebagian besar kota dan bertahan melawan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang juga disebut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)," kata Komando Sentral AS, yang mengawasi perang udara pimpinan Amerika di Irak dan Suriah, dalam satu pernyataan.
AS dan pesawat Yordania melakukan tambahan delapan serangan udara pada Rabu, katanya.
Sebelumnya, para petempur ISIS mundur dari beberapa bagian kota Kobane, Suriah, Selasa malam setelah serangan udara pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat, kata organisasi pemantau, Rabu.
Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) Rami Abdel Rahman mengatakan petempur ISIS mundur pada Selasa malam dari beberapa daerah di timur Ain al-Arab (Kobane) dan pinggiran baratdaya.
Setelah mundur, para petempur kelompok itu berada di bagian-bagian timur kota strategis itu dan pinggir selatannya, tetapi tidak ada lagi di daerah barat, kata Abdel Rahman.
Ia mengatakan tindakan itu terjadi setelah "posisi-posisi mereka diserang, yang menimbulkan korban dan kehancuran setidaknya empat kendaraan mereka".
Para petempur ISIS memasuki Kobane, yang juga dikenal sebagai Ain al-Arab, Senin malam, setelah hampir tiga pekan pertempuran di sekitar kota yang terletak di perbatasan Suriah-Turki.
Pada Selasa, pertempuran berkobar di daerah-daerah timur, barat dan selatan Kobane, yang adalah kota Kurdi terbesar ketiga Suriah, dan satu koalisi pimpinan AS menggempur ISIS melalui serangan udara di sekitar kota itu.
Mustafa Ebdi, seorang wartawan Kurdi dan pegiat dari Kobane, menulis dihalam Facebook bahwa "jalan-jalan di permukiman Maqtala di Kobane tenggara penuh dengan mayat petempur IS".
Tetapi ia menambahkan ratusan warga sipil masih berada di kota itu dan "situasi kemanusiaan sulit dan penduduk membutuhkan makanan dan air".
ISIS memulai gerak maju mereka di Kobane pada 16 September, segera membersihkan seluruh daerah pinggiran dan memicu sekitar 186.000 orang mengungsi ke Turki.
Menurut SOHR setidaknya 412 orang tewas dalam pertempuran itu, kendatipun kelompok itu mengatakan diperkirakan jumlah korban sesungguhnya bisa dua kali lipat.