Kamis 09 Oct 2014 16:09 WIB

Gawat! Jateng Mulai Krisis Listrik

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Winda Destiana Putri
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Foto: Antara
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranomo meminta masyarakat bisa memahami bahwa kondisi pasokan listrik di Jawa Tengah saat ini mulai dalam kondisi kritis.

Dalam hal ini, pasokan listrik yang ada sudah hampir tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan sehingga dibutuhkan adanya tambahan pembangkit yang mampu menutupi peningkatan kebutuhan tersebut.

''Masalah pasokan listrik itu menunjukan kemajuan peradaban. Makin maju masyarakatnya, makin besar kebutuhan listriknya. Jadi, antara pemerintah, masyarakat dan swasta, ayo duduk bersama-sama untuk mengatasi masalah ini. Jangan hanya bisa menolak,'' jelasnya, saat lakukan kegiatan roadshow pembangunan di Baturraden Kabupaten Banyumas, Kamis (9/10).

Dia mengakui, pemadaman bergilir yang terjadi belakangan ini, bisa saja disebabkan kondisi musim kemarau yang menyebabkan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di beberapa lokasi, tidak bisa memasok listrik secara maksimal. Namun dia mengingatkan, pasokan listrik dari PLTA sebenarnya tidak terlalu besar.

Yang saat ini dominan memasok kebutuhan listrik, adalah PLTU baik yang menggunakan bahan bakar batubara mau pun minyak. ''Tapi mudah-mudah saja, hujan segera turun sehingga PLTA bisa kembali running menambah pasokan listrik dan kebutuhan listrik dalam jangka pendek bisa teratasi,'' jelasnya.

Meski demikian, Ganjar menegaskan, masalah kebutuhan listrik untuk jangka panjang ini tetap harus diatasi. Hal ini karena berdasarkan perhitungan ketersediaan dan pertumbuhan kebutuhkan listrik, pada tahun 2017 kondisi pasokan listrik sudah tidak akan lagi memenuhi semua kebutuhan. Sehingga dibutuhkan pembangkit baru.

''Yang jadi persoalan, ternyata tidak semua masyarakat menyadari hal ini,'' jelasnya.

Seperti mengenai rencana pembangunan PLTU Batang yang menggunakan batubara, Ganjar mengaku sampai saat ini prosesnya belum mengalami kemajuan karena masyarakat setempat masih menolak rencana pembangunan pembangkit tersebut.

''Padahal saya sudah janjikan, kalau ada tanah masyarakat yang tanahnya tergusur oleh proyek ini, maka Pemprov akan ganti 1,5 kalinya. Tapi sampai hari ini, masyarakat masih menolak,'' katanya lebih lanjut.

Ditambahkan pula olehnya, bila kondisi pasokan listrik di Jateng ingin aman, maka mestinya harus ada penambahan sebesar 5.000 MW. Kebutuhan daya sebesar ini, juga untuk mendukung upaya pertumbuhan investasi di Jateng.

''Jateng ini sebenarnya sangat seksi bagi investor asing. Banyak ingin menanamkan modalnya disini. Jadi masalah ketersediaan listrik ini, harus benar-benar kita perhatikan."

Untuk itu, ke depan Ganjar akan berusaha menggenjot adanya pembangkit-pembagkit baru di Jateng. Baik yang memanfaatkan bahan bakar batubara, geotermal, maupun yang menggunakan tenaga matahari. Apalagi, wilayah Jateng sebenarnya sangat kaya dengan energi panas bumi, yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik.

''Untuk yang solar sistem (tenaga matahari), kita akan koordinasikan agar seluruh penerangan jalan di Jateng bisa menggunakan pembangkit ini. Dengan demikian, kita bisa berhemat cukup besar,'' jelasnya. Untuk program ini, Gubernur mengaku sebenarnya sudah banyak investor yang bersedia membangun.

Namun untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, sekali lagi Gubernur meminta adanya dukungan dari masyarakat. ''Jangan asal menolak, tanpa mau memahami persoalannya. Kalau semua protes dan menolak, bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini?'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement