REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kesulitan memenuhi target belanja negara hingga akhir tahun. Hingga saat ini realisasi belanja negara baru 55,9 persen.
"Maksimal? nggak lah! pemerintahan baru, baru jalan, gimana mau maksimal," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri ditemui di Kementerian Keuangan, Senin (13/10).
Dalam APBN 2014, belanja negara ditetapkan Rp 1.876,9 triliun. Sedangkan realisasi hingga 29 Agustus, menunjukkan realisasi sekitar Rp 1.049,2 triliun.
Kini pemerintah tengah menjaga defisit akhir tahun agar di bawah 2,4 persen. Dengan defisit minimal, diharapkan tahun depan tidak perlu banyak melakukan pinjaman.
"Jadi ketika likuiditas global ketat, kita tidak perlu kesulitan. Sebaiknya memang pinjam dari domestik," kata Menkeu.
Chatib yang saat ini baru kembali dari menghadiri pertemuan tahunan IMF- World Bank, mengatakan perlambatan emerging market masih berlanjut tahun depan. Ia menggambarkan, di Afrika Selatan pertumbuhan hanya tumbuh 1,8 persen, Brasil juga masih berada dalam resesi dan Turki hanya tumbuh sekitar 3 persen.
Meskipun demikian, tiga negara yang dianggap pertumbuhannya cukup baik, yaitu Indonesia, India dan Cina. Pemerintah baru diharapkan mempunyai strategi jitu agar bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi yang dalam APBN 2015 ditetapkan sebesar 5,8 persen.
"Jadi mereka menganggap 5,1 persen (Indonesia) sekarang diconsider tinggi untuk pertumbuhannya. Saya lihat, kecederungannya kita memasuki era emerging market growthnya lebih lambat," kata Chatib.