REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Proyek peningkatan kapasitas dan jaringan listrik (PKJL) Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) berbiaya Rp 920 miliar terus menuai polemik. Lantaran, dugaan persekongkolan dalam penanganan proyek tersebut.
Bahkan, ada kekhawatiran kalau tidak segera dievaluasi, Bandara Soetta bisa mengalami kelumpuhan. Karena pemenuhan listriknya tidak up to date.
Aktifis Geram BUMN Afrasian Islami mendukung adanya evaluasi ulang terhadap penanganan megaproyek tersebut. Ia pun meminta Direktur Utama PT Angkasa Pura II (AP II) Tri S Sunoko agar lebih serius mengawasi pelaksanaan proyek tersebut.
"Tim yang dibentuk AP II ini harus bisa mengawasi dan mengawal jalannya tender. sehingga tidak terjadi kecurangan atau persekongkolan. Kami menemukan indikasi pemenangan salah satu perusahaan tertentu untuk menangani proyek itu,” ujar Afrasian di Jakarta.
Ia menjelaskan, proyek listrik itu menyangkut masalah hajat hidup orang banyak. Apalagi aktivitas bandara sekelas Soetta selalu menjadi perhatian dunia internasional.
Dia membeberkan, megaproyek itu bemasalah karena dalam pelelangannya diduga ada permainan untuk memuluskan satu perusahaan yang akan menanganinya. Dari empat perusahaan yang dinyatakan lolos verifikasi, satu di antaranya sengaja dikondisikan.
Perusahaan yang diloloskan itu dianggap tidak layak menangani proyek itu. Karena dianggap tidak memiliki standar kelayakan internasional dalam upgrade jaringan.
Kepala Biro Hukum AP II, Jaya Tahoma Sirait megungkapkan, dirut Tri S Sunoko telah memberi perhatian khusus terhadap proyek PKJL itu. Jika ditemukan indikasi ada persekongkolan, maka akan melakukan prosedur sesuai aturan berlaku.
Dia juga membenarkan kalau otoritas bandara telah membentuk tim internal untuk mengevaluasi dan mengkaji tender proyek tersebut. Bahkan dirut sudah melayangkan surat ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk memeriksa proses tendernya.
"Direktur utama kami sudah meminta BPKP me-review proses tendernya. Tanggal 15 Oktober kemarin, Pak Dirut sudah mengirimkan surat ke BPKP. Kita akan tunggu hasil dari sana,” jelasnya.
Proyek pengadaan listrik di Bandara Soetta mulai dikerjakan pada 1984 oleh perusahaan Prancis. Kini, AP II meningkatkan kapasitas jaringannya guna memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat.
AP II kemudian melakukan peningkatan jaringan. Semua trafo dan kabel listrik diperbaharui untuk mendukung kinerja agar terintegrasi.
Bandara Soetta pernah mengalami pemadaman listrik dalam empat bulan berturut-turut pada 2010. Pada Juli 2011 juga listrik pernah padam karena gardu induk Muara Karang terbakar.