Selasa 21 Oct 2014 14:18 WIB

Hal Langka di Masa SBY, Dilakukan Oleh Jokowi

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Winda Destiana Putri
Presiden Jokowi menyapa para pendukungnya pada Konser Salam 3 Jari di lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Senin (20/10) malam.   (Republika/Yasin Habibi)
Presiden Jokowi menyapa para pendukungnya pada Konser Salam 3 Jari di lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Senin (20/10) malam. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peralihan jabatan presiden Republik Indonesia dari Susilo Bambang Yudhoyono kepada Joko Widodo membawa perubahan pada sejumlah aspek di lingkungan Istana Kepresidenan.

Salah satu perubahan yang terasa signifikan di kalangan pewarta yang ditugaskan meliput kegiatan presiden adalah kesediaan Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, untuk di-doorstop dalam rangka memberikan keterangan. Doorstop diterjemahkan secara bebas merupakan proses wawancara narasumber dengan cara mencegat di suatu tempat atau lokasi.

Nah, selama masa kepemimpinan Presiden SBY 2004-2014, doorstop terhadap orang nomor satu di negeri ini, terhitung langka. Hanya dalam kesempatan tertentu, SBY bersedia untuk di-doorstop.  Sebenarnya, belulah jelas mengapa SBY hampir tidak pernah didoorstop wartawan sehingga keterangan pers kerap kali searah, tanpa tanya jawab. Alasan biro pers maupun protokol hingga pasukan pengamanan presiden (paspampres) membatasi teknik wawancara semacam ini umumnya sama. Khawatir keamanan presiden terganggu. 

Kemarin malam, bertempat di Istana Merdeka, Jokowi bersedia di-doorstop pewarta seusai menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Australia Tony Abbott sekira pukul 19.30 WIB. Pada mulanya, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut, hendak memasuki ruang utama Istana Merdeka untuk menanti kedatangan tamu berikut, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry. Akan tetapi, sapaan penuh hangat dari wartawan, membuat Jokowi menghentikan langkah dan berbicara di depan sosoran recorder maupun mic serta kamera pewarta.