Jumat 24 Oct 2014 04:20 WIB

Di Luar Hari Kerja, JK Ingin Punya Waktu untuk Keluarga

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Mansyur Faqih
Jusuf Kalla (kedua kiri) bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kiri) mengendong Ali cucu ke-11 ketika merayakan hari ulang tahun Jusuf Kalla ke-72 di Jakarta, Kamis (15/5).
Foto: ANTARA FOTO/Saptono/Spt/14
Jusuf Kalla (kedua kiri) bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kiri) mengendong Ali cucu ke-11 ketika merayakan hari ulang tahun Jusuf Kalla ke-72 di Jakarta, Kamis (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wapres Jusuf Kalla (JK) akan menyempatkan waktu liburnya bersama keluarga. Meski setiap hari sibuk mengurus negara membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), namun ia ingin tetap dekat dengan istri, anak dan cucunya pada hari libur.

JK mengatakan, bisa berdiri seperti saat ini karena peran keluarga, khususnya istri, Mufidah Jusuf Kalla. Menurut dia, di belakang laki-laki yang hebat, tentu ada perempuan yang luar biasa. 

Ia selalu memuji istrinya karena selalu memberikan ketenangan dan semangat. "Kalau bukan hari kerja, saya mau punya waktu untuk keluarga," kata JK, Kamis (23/10).

Dia mengaku, kerap kali ‘membandel’. Namun istrinya selalu setia mengatur dan memberikan dorongan kepadanya. Selain itu, ia juga tak ingin membawa masalah kenegaraan ini di rumah saat bersama dengan orang-orang terdekatnya.

Sedangkan anak dan cucunya, selalu diposisikan sebagai calon penerusnya nanti. Karena itu, ia selalu mengajarkan agar mereka bisa berhubungan baik dengan masyarakat dan rekan kerjanya. JK mengaku senang bila bisa dekat dengan mereka.

Juru bicara JK, Husein Abdullah menambahkan, saat menempati rumah dinas nanti, JK rencanannya akan tetap mengajak anak bungsunya Ade Chairani Jusuf. Alasannya, ia baru saja melahirkan sehingga JK masih ingin dekat dengan cucu barunya itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement