Sabtu 25 Oct 2014 13:50 WIB

Calon Menteri Titipan Bukan Hanya Kader Partai

 Seorang teknisi mempersiapkan tempat Presiden Jokowi yang akan mengumumkan susunan kabinetnya di Terminal Dermaga 3 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (22/10). (Republika/Agung Supriyanto)
Seorang teknisi mempersiapkan tempat Presiden Jokowi yang akan mengumumkan susunan kabinetnya di Terminal Dermaga 3 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (22/10). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah menilai orang titipan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dijadikan sebagai menteri bukan hanya berasal dari kader partai politik. Tetapi, kalangan profesional pun dinilai ada yang menjadi titipan dari kelompok tertentu.

"Ini bias. Bagaimana sekarang kita bisa membedakan profesional yang tidak kader partai politik tapi dia memiliki kedekatan dengan partai politik tersebut," kata Pangi kepada Republika, Sabtu (25/10).

Menurut Pangi, pengertian kader adalah orang yang terlibat secara aktif dan masuk dalam sistem kepengurusan partai. Sedangkan profesional, ada yang benar-benar profesional murni tapi dia memiliki kedekatan sangat khusus dengan partai bahkan ketua umum suatu partai.

"Kalau kalangan profesional seperti ini yang dititipkan menjadi menteri, maka dia juga bisa hanya menjadi profesional yang menjadi petugas partai," kata Pangi.

Pangi mencontohkan, salah satu profesional yang bukan kader partai dan disebut-sebut sebagai salah satu calon menteri Jokowi adalah Rini Soewandi. Menurut Pangi, sudah diketahui masyarakat umum bahwa Rini memiliki kedekatan dengan Megawati Soekarnoputri, sang ketua umum PDI Perjuangan.

"Apalagi dia kan dulu juga pernah menjabat sebagai menteri saat Megawati menjadi presiden," kata Pangi.

Pangi mengkhawatitkan, profesional yang seperti ini jika memang menjadi menteri, maka ia hanya akan menjadi petugas partai. Sehingga, dia bekerja untuk kepentingan partai, bukan untuk kepentingan negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement