REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Suryo Bambang Sulistyo, menyebut sistem logistik di Indonesia tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan bisnis logistik. Menurutnya, sistem logistik di Indonesia disebut belum efisien. Tapi, bisnis logistik tumbuh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi.
"Dua hal yang bertolak belakang. Jika sistem logistik Indonesia dibangun lebih efisien maka pertumbuhan bisnis logistik semakin tinggi," kata Suryo dalam sambutannya di pembukaan ITSCL dan ILI di Jakarta International Expo (JIExpo), Rabu-Jumat (29-31/10).
Saat ini, biaya logistik di Indonesia sekitar 26,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut dikontribusikan dari biaya transportasi sebesar 66,8%, dan biaya administrasi 5,6%.
Biaya logistik itu dinilai sangat memprihatinkan di antara kecenderungan integrasi global yang menuntut efisiensi bisnis. Sejak beberapa tahun terakhir, lanjutnya, performa logistik dan transportasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Masalah efisiensi dan biaya tinggi di Indonesia mempengaruhi iklim bisnis logistik.
"Hal itu menunjukkan potensi bisnis yang menjanjikan untuk mendorong efiesiensi pengiriman. Kita mulai bekerja menyiapkan transportasi dan logistik untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi Eropa 2015," imbuhnya.
Di samping itu, sejak 2012 Indonesia punya cetak biru untuk memperbaiki sistem logistik nasional. Dia menyayangkan dokumen itu sampai saat ini belum mampu dieksekusi oleh pemerintah. Dikhawatirkan, dokumen itu tidak digunakan di era pemerintahan Jokowi-JK.
"Asosiasi-asosiasi menyampaikan reformasi bidang logitik, dokumen sistem logistik nasional sudah saatnya diimplementasikan. Kami menyerukan pemerintah baru untuk kerjakan dokumen itu," harapnya. .
Acara Indonesia Transport, Supply Chain & Logistik (ITSCL) dan Intralogistics (ILI) diikuti oleh 102 perusahaan dari 16 negara di dunia. Acara tersebut berlangsung tiga hari pada Rabu-Jumat (29-31/10) di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran.