Kamis 30 Oct 2014 15:32 WIB
DPR Tandingan

Jimly Asshidiqie: DPR Tandingan Jangan Dianggap Serius

Rep: Ira Sasmita/ Red: Esthi Maharani
Jimly Assidiqie
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Jimly Assidiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara dua koalisi besar di DPR turut menjadi perhatian Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshidiqie. Jimly mengatakan, munculnya DPR tandingan tidak perlu dianggap sebagai masalah serius.

"Saran saya, DPR tandingan jangan dianggap serius. Itu ekspresi kemarahan yang bisa dimengerti, ekspresi itu terlampiaskan dalam bentuk tandingan," kata Jimly di kantor DKPP, Jakarta, Kamis (30/10).

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia itu menilai, pembelahan kekuatan politik menjadi dua faksi seperti saat ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah Indonesia. Pembelahan kekuatan politik menjadi dua kubu besar itu menurutnya sebenarnya bagus. Lantaran terjadi penyederhanaan pandangan masyarakat Indonesia yang masih didominasi pluralisme.

Namun, pengelolaan kekuatan politik yang tidak tepat menurutnya bisa memicu konflik politik. Apalagi jika kedua kubu terlalu menikmati konflik tersebut dan melupakan kepentingan masyarakat yang memilih mereka saat pemilihan umum lalu.

"Harapan kita semua parpol pascapemilu harus konsolidasi internal semuanya. Move on gitu loh," ujar Jimly.

Pembentukan DPR tandingan, dinilai Jimly sangat mengkhawatirkan. Sebab, bisa ditangkap vulgar oleh masyarakat. Terlebih konflik tersebut berlanjut pada pemilihan alat kelengkapan di DPR. Padahal masyarakat memilih anggota dewan untuk bekerja dengan baik, bukan saling menjatuhkan.

Karena itu, Jimly berharap komunikasi dan silaturrahim politik yang telah dilakukan elit parpol bisa ditularkan kepada level menengah partai. Pertemuan Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, dan tokoh-tokoh Koalisi Merah Putih seperti Prabowo Subianto, Hatta Rajasa dan tokoh lainnya sebaiknya ditiru. Oleh para pelaku politik dari kedua belah pihak yang saat ini menduduki DPR.

"Kita semua punya tanggung jawab moral supaya saling mendengar. Pak Jokowi, Pak JK juga perlu mengingatkan yang di bawahnya untuk berdiskusi dan saling mendengarkan," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement