REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbentuknya pimpinan DPR tandingan terus menuai sorotan. Hizbut Tahrir Indonesia menilai sikap dewan yang seperti ini menujukkan kerja mereka tak lebih dari untuk kepentingan golongan.
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto mengatakan saat keinginan politik para anggota dewan tidak terpenuhi, mereka menempuh berbagai cara. Ketika mereka kuat dan berkuasa, demokrasi hanya legitimasi kekuasaan.
Begitu pun saat kekuasaan tidak mereka dapat, demokrasi juga yang mereka jadikan alasan untuk men-deligitimasi lawan politiknya. ''Akibatnya seperti ini. Alih-alih bekerja untuk rakyat, mereka bekerja untuk kepentingan golongan,'' katanya.
Melihat itu, Ismail mengatakan pantas jika muncul pesimisme dewan akan memberi kebaikan bagi rakyat di masa mendatang. Apalagi dalam suasana yang penuh pertarungan di antara dua kubu.
Ia melihat tidak mungkin partai di parlemen bersikap seperti sekarang jika tidak ada instruksi dari pimpinannya. Dan itu tidak mungkin jika tidak berhubungan dengan situasi di eksekutif.
Sebab eksekutif berharap dukungan dewan. Tapi jika dewan didominasi kubu lawan maka ada kekhawatiran eksekutif dipersulit.