REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintah yang didukung kubu Islam di Libya mengecam Utusan Khusus PBB untuk Libya Bernadino Leon karena mengabaikan keinginannya untuk ikut dalam dialog nasional guna meredam kerusuhan, demikian laporan media lokal Libya Herald pada Senin (3/11).
Departemen Media Asing, milik pemerintah yang memproklamasikan diri secara sepihak di Tripoli, mengutuk Leon karena tak menghormati hukum di negeri tersebut dan tak ingin berhubungan dengan penguasa saat ini di Tripoli, yaitu aliansi bersenjata Fajar Libya.
Pemimpin Departemen Media Asing Jamal Zubia mengatakan bahwa Fajar Libya ingin ikut dalam dialog nasional, yang diperantarai oleh PBB, guna menanggulangi bentrokan yang berkecamuk di Libya, tapi aliansi bersenjata tersebut tak dipedulikan.
"Kami mengatakan 'ya' buat dialog, tapi anda harus menghormati kami ... Leon mengatur taklima di Tripoli tanpa memberitahu pemerintah padahal hukum mengatakan ia harus memberitahu kami. Leon berasal dari PBB dan, jika PBB tak menghormati hukum negara ini, itu adalah bencana besar, " kata Zumia, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa (4/11).
Ia juga mengancam akan menyeret utusan PBB tersebut ke pengadilan jika peristiwa semacam itu terjadi lagi.
Libya telah memiliki dua pemerintah sejak Fajar Libya menguasai Ibu Kota negeri tersebut, Tripoli, pada Agustus. Aliansi bersenjata tersebut sejak itu telah mendirikan pemerintahnya sendiri --yang diberi nama "Pemerintah Penyelamatan Nasional". Sementara itu pemerintah yang diakui masyarakat internasional --yang dipimpin oleh Abdullah Ath-Thinni-- saat ini berada di pengasingan di Kota Tobruk di bagian timur negeri tersebut.
Dialog yang diperantarai PBB diselenggarakan pada September antara Pemerintah Ath-Thinni dan penentangnya, tapi Fajar Libya tak diundang.
Pasukan yang pro-pemerintah Libya pada Sabtu (1/11) merebut kembali beberapa daerah di Kota Benghazi, termasuk pangkalan militer, kata sumber militer. Sementara itu pihak medis melaporkan belasan orang tewas dalam pertempuran tersebut.
Serangan yang didukung pemerintah yang baru berusia dua pekan itu kini menewaskan 254 orang, kata sumber medis.
Setidaknya 36 orang tewas pada Jumat dan Sabtu, ketika pasukan yang setia kepada mantan jenderal Khalifa Haftar dan tentara reguler menyerang milisi Islam di Benghazi Timur dan Selatan.
Pasukan pro-pemerintah merebut kembali posisi militer yang pada Juli direbut kelompok milisi Islam, termasuk yang berhaluan keras --Ansar Ash-Sharia, kata beberapa sumber militer.