REPUBLIKA.CO.ID, Indra Sjafri baru saja dipecat sebagai pelatih tim nasional U-19. Oleh PSSI, ia dianggap gagal memenuhi target membawa Evan Dimas dan kawan-kawan lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru. Padahal, pria berusia 51 tahun itu berjasa membawa skuat Garuda Jaya menjuarai Piala AFF U-19 tahun lalu dan lolos ke Piala Asia U-19. Kepada Republika di kantornya di Jakarta Pusat, Rabu (5/11), ia menceritakan lika-likunya sebagai pelatih kepala timnas U-19 dalam persiapannya menuju Piala Asia 2014 lalu. Berikut ini petikan wawancara eksklusif tersebut:
Q: Apakah benar anda diberhentikan PSSI karena dianggap gagal menukangi timnas U-19?
A: Standar gagal tidak gagal yang dimiliki PSSI tidak jelas. Memang saya tidak bisa mencapai target yakni tidak lolos Piala Dunia U-20 di Selandia Baru, tetapi dari tiga target yang dibebankan kepada saya, saya berhasil memenuhi dua target, yakni menjuarai Piala AFF dan meloloskan tim ke Piala Asia. Selain itu saya berhasil membentuk identitas permainan timnas U-19, yakni permainan bola-bola pendek. Secara fisik dan teknik, para pemain juga mengalami banyak peningkatan.
Q: Banyak yang menganggap training center jangka panjang adalah penyebab dari kegagalan timnas U-19 di Piala Asia. Komentar anda?
A: Itu tidak benar. Pelatihan jangka panjang diperlukan untuk mematangkan permainan dan visi-misi. Kita lihat para kontestan Piala Asia kemarin juga melakukan latihan jangka panjang, bahkan Vietnam melakukan pelatihan jangka panjang selama empat tahun. Sementara kami cuma setahun. Yang salah adalah proses yang kami lakukan selama setahun kemarin.
Q: Proses seperti apa yang salah?
A: Manajemen (Badan Tim Nasional (BTN) PSSI-red) harus menyadari apa yang salah dari mereka. Beberapa hal seperti finishing (penyelesaian akhir) dan defending (pertahanan) tim bermasalah. Saat tim pelatih melihat catatan harian, sebanyak 65 persen waktu dipakai untuk melatih ball possession. Sedangkan latihan goal scoring (mencetak gol) hanya delapan sesi saja. Kami tidak memiliki cukup waktu karena habis untuk pindah-pindah tempat untuk tur nusantara.
Q: Bukankah yang merancang tur nusantara itu anda sendiri dan tim pelatih?
A: Memang kami yang merancangnya, tetapi prosesnya diubah oleh manajemen. Awalnya yang kami rancang adalah bermain di lima kota saja, yang gunanya untuk menggantikan blusukan saya mencari pemain-pemain berbakat. Namun yang terjadi adalah kami berpindah-pindah seperti sirkus. Waktunya juga menjadi sangat panjang yakni menjadi dua tur nusantara. Seharusnya, misalnya kita bermain di Padang, maka klub-klub di sekitarnya seperti Persiraja (Aceh) dan PSMS (Medan) akan mendatangi kita, bukan kita yang menyambangi mereka seperti tur nusantara kemarin.
Q: Tapi kenapa anda tetap menyetujui rencana BTN tersebut?
A: Ya, memang itu salah saya. Kan saya selama ini tidak pernah menimpakan kesalahan kepada orang lain. Tetapi yang perlu dicatat, PSSI itu tidak memperoleh bantuan dari pemerintah. Jika kita tidak menuruti keinginan manajemen, PSSI mendapatkan dana dari mana? Sedangkan banyak timnas lain yang harus dipersiapkan oleh PSSI. Sementara timnas U-19 sedang laku. Jadi menurut saya itu wajar-wajar saja. Tetapi mungkin terlalu berlebihan.
Q: Apakah itu alasan yang membuat tim tidak tampil pada puncak performanya di Piala Asia?
A: Ya jelas. Waktu panjang yang kita miliki menjadi pendek, fisik pemain juga terkuras. Perlu diketahui untuk mencapai puncak performa maka urut-urutan periodesasi yang kami rancang harus sesuai. Peak ini yang tidak tercapai.
Q: Soal turnamen COTIF di Spanyol yang dibatalkan sepihak oleh PSSI?
A: Itu juga mempengaruhi. Saya kan meminta ke Eropa untuk mengikuti COTIF. Tetapi malah kami dikirimkan ke turnamen HBT (Hassanal Bolkiah Trophy-Red). Akhirnya kami tetap dikirimkan ke Eropa untuk menutupi COTIF yang tidak jadi. Namun pelaksanaannya jauh mundur dari keinginan saya yang awal September. Akibatnya, kelihatan anak-anak sedikit kelelahan dan bermain tidak baik saat Piala Asia. Itu seharusnya jadi bahan evaluasi PSSI agar ke depan tidak terjadi lagi.
Q: Setelah tidak lagi menjadi pelatih timnas U-19, apa rencana anda selanjutnya?
A: Saya akan tetap konsisten membina para pemain usia muda. Masih banyak yang bisa saya lakukan untuk sepak bola Indonesia. Kendati tidak melatih, setidaknya saya masih memberikan coaching clinic kepada SSB-SSB yang ada di daerah-daerah. Saya yakin masih banyak pemain muda yang berkualitas di pelosok nusantara.
Q: Apakah berminat melatih klub-klub Liga Super Indonesia?
A: Sejauh ini cukup banyak tawaran dari mereka, Semen Padang misalnya. Hanya saja saya tetap konsisten untuk membina pemain usia muda Indonesia. Jika saya mementingkan ego, pasti saya ambil, tetapi saya tidak begitu.
Q: Bagaimana jika suatu saat anda ditawari melatih timnas lagi?
A: Tergantung. Kalau PSSI sudah memiliki standar kegagalan sebagai tolok ukur kontrak, mungkin saya siap melatih lagi. Tetapi jika masih seperti ini, saya harus pikir ulang. Saya tidak ingin satu pihak menilai saya gagal tetapi pihak lain menganggap saya sukses. Selain itu pemikiran sepak bola itu selalu harus menang mesti dihapus. Bukannya awal sepak bola di Indonesia adalah untuk hiburan? Buatlah sepak bola di Indonesia itu menyenangkan.
Q: PSSI segera menunjuk pelatih baru untuk menggantikan anda. Tanggapan anda?
A: Saya tidak bisa berkomentar soal itu. Namun saya sudah katakan kepada para pemain. Siapapun pelatih mereka kelak, ambil positifnya dan tetap berlatih dengan semangat.