REPUBLIKA.CO.ID, NOTHERN TERRITORY -- Kampanye anti-produk halal terus berlanjut di Australia. Kali ini produk es kopi kemasan populer yang menjadi sasaran. Sejumlah pemimpin agama sebelumnya telah menyerukan agar kampanye antihalal dihentikan karena merupakan bentuk bullying yang mengancam perusahaan di Australia.
Kondisi cuaca yang sering kali panas di di kawasan Northern Territory membuat es kopi menjadi minuman populer bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Namun kampanye di media sosial mulai menyarankan orang untuk berhenti mengkonsumsi minuman es kopi bermerek Paul tersebut karena memiliki label halal, yang berarti boleh dikonsumsi kaum Muslim.
Kampanye anti-halal semacam ini telah menempatkan produsen dari produk berlabel halal sebagai perusahaan yang mendukung kegiatan teroris oleh kelompok islam tertentu dan terlibat dalam perlakuan yang menyiksa binatang.
Namun tudingan ini kembali dibantah oleh perwakilan komunitas muslim di NT. Wakil Ketua Dewan Islam Northern Territory, Sadaruddin Chowdhury mengatakan tudingan itu keliru. Sadrudin mengatakan sertifikat halal dilakukan oleh perusahaan swasta, dan memungkinkan perusahaan itu menjual produknya ke negara-negara muslim seperti Indonesia, Arab Saudi yang tidak membolehkan produk non halal di jual ke negaranya.
Dana dari biaya penerbitan sertifikat produk halal itu jauh tidak mungkin digunakan untuk mendanai terorisme, ketimbang dari sumber bisnis lainnya," katanya baru-baru ini.
"ISIS bisa mendapatkan uang dari sumber mana saja, jika memang ada orang tertentu yang berniat untuk mendukung organisasi tersebut," kata Chowdhury.
"Karena alasan itu dilakukan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang menyelidiki hal-hal semacam ini,"
"Lagi pula mengirimkan uang kepada jaringan teroris bukan perkara yang mudah mengingat ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat berwenang,"
Salah satu persyaratan untuk mendapatkan label halal adalah salah satunya hewan ternak harus disembelih dengan cara-cara yang humanis dan bukan untuk kesenangan atau semena-mena," tambah Chowdhury.
Menurutnya menghilangkan label halal tidak akan merugikan perusahaan tapi justru akan menyulitkan muslim di Australia yang tidak mengetahui mana produk yang sesuai dengan ketentuan agamanya.
Baru-baru ini, sebuah perusahaan di Australia Selatan, Fleurieu Milk and Yoghurt membatalkan kontrak dagangnya dengan Maskapai Emirates karena menjadi sasaran kampanye produk halal di media sosial.
Produk lain yang juga menjadi sasaran kampanye anti halal di Australia adalah sejumlah selai kacang, permen karet, coklat dan pie daging.
ABC telah menghubungi Parmalat - perusahaan induk produsen Paul' untuk meminta tanggapan atas kampanye anti halal terhadap produknya.
Parmalat Australia di situsnya menyatakan gelatin yang digunakan dalam seluruh produk Pauls berasal dari sapi halal yang sudah mendapatkan persetujuan.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement