REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM akan berdampak kepada naiknya harga komoditi harian masyarakat. Tak terlepas pula sektor bisnis jasa pengantar barang atau kurir yang secara langsung akan terkena dampak, mengingat sektor bisnis ini mengonsumsi BBM dalam operasionalnya.

Menindaklanjuti kenaikan BBM ini, sektor jasa angkutan barang berencana akan menaikkan tarif sebesar 10 persen. Diungkapkan oleh Ridhatullah Hambalillah selaku Corporate Communication Head Division JNE, kenaikan sebesar 10 persen berdasarkan pertimbangan konsumsi inflasi pada saat ini yang diperkirakan mencapai 9 persen.

"Sebetulnya apabila (kenaikan BBM) kurang dari 10 persen maka JNE akan tetap bertahan dengan tariff yang sekarang diberlakukan. Tapi karena kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah tersebut lebih dari 10 persen dan berdampak terhadap service maka kami akan menyesuaikan," jelas Ridhatullah kepada ROL, Selasa (18/11).

Ridha menambahkan, BBM bukanlah komponen utama yang memengaruhi kenaikan harga. "Tetapi yang berdampak adalah perkiraan inflasi yang diperkirakan mencapai  9 persen, karena JNE merupakan perusahaan padat karya, dan permasalahan bukan masalah servicenya karena JNE mempertimbangkan the man power yang akan memicu konsumsi dan inflasi tersebut," ujar Ridha.

Lebih jauh, Ridha mengungkapkan bahwa kenaikan harga BBM secara langsung akan berdampak pada cost internal perusahaan secara signifikan. Seperti pembelian bubblepack, plastic flyer, kardus, dan kertas connote yang akan naik secara nilai bukan secara jumlah, dan jumlah tersebut akan terus meningkat.

Meskipun kenaikan harga di depan mata, namun Ridha optimis bahwa sektor bisnis dalam bentuk jasa akan ettap bertahan. "Kinerja perusahaan JNE tidak akan terlalu berpengaruh karena sesuai dengan misi kami adalah memberikan pengalaman yang terbaik terhadap pelanggan," ujarnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika