REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA—Pemerintah telah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 2000 per liter. Banyak yang menilai kebijakan yang diambil pemerintah sangat beresiko, khususnya dampak terhadap rakyat kecil.
Diana Herawati, pengusahan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergelut dibidang pembuatan souvenir asal Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Menurutnya, kenaikan BBM mempengaruhi terhadap biaya pengiriman.
Ia mengatakan, dengan pengiriman yang mengalami kenaikan maka akan dibebankan kepada biaya produksi. “yang pasti harganya pun harus menyesuaikan,” ujar Diana, Kamis (20/11) saat dihubungi Republika.
Meskipun harga BBM mengalami kenaikan, kata Diana, tetap melakukan produksi seperti biasa. Namun, Diana menaikkan harga penjualannya hanya 10 persen. Sebab, jika menaikkan terlalu tinggi, jelasnya, ditakutkan terjadi penurunan pembeli dan pelanggan.
Sri Maryati, pengusaha Tas, Dompet, dan Ikan Pinggang asal Pajangan, Bantul, Yogyakarta juga mengaku mengalami dampak di pembelian bahan baku. Ia mencontohkan seperti Bisbane.
Dengan kenaikan harga bahan baku tersebut, lanjut Sri, juga harus menaikkan penjual untuk mengimbangi biaya produksi. Namun, Sri mengaku hanya menaikkan Rp 1000 per satu tasnya.
“untuk sementara masih sama aja, pesenan masih sama malah bertambah,” kata Sri, Kamis (20/11) kepada Republika.