Kamis 20 Nov 2014 17:56 WIB
Interpelasi BBM

Fraksi Golkar Akan Inisiasi Hak Interplasi ke Presiden Jokowi

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Erdy Nasrul
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kanan) memukul gong didampingi, Akbar Tanjung, Idrus Marham dan Nurdin Halid saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar ke VII di Yogyakarta, Selasa (18/11).
Foto: Antara/Regina Safri
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kanan) memukul gong didampingi, Akbar Tanjung, Idrus Marham dan Nurdin Halid saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar ke VII di Yogyakarta, Selasa (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fraksi Partai Golkar DPR RI akan menginiasi pengajuan hak interplasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang kenaikan harga BBM bersubsidi. Fraksi Golkar akan menggalangan dukungan dari anggota DPR lintas fraksi.

"Dalam waktu dekat kami akan lakukan penggalangan tanda tangan bersama-sama teman-teman lintas fraksi yang lain untuk penggunaan hak interplasi," kata Sekretaris Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo saat dihubungi Republika, Kamis (20/11).

Bambang mengatakan alasan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi sangat menentukan sikap DPR selanjutnya. Menurutnya tidak menutup kemungkinan DPR akan menggunakan hak angket dan menyatakan pendapat apabila tidak puasa dengan jawaban pemerintah. "Jika jawaban presiden nanti tidak memuaskan terutama tentang perhitungan biaya pokok produksi BBM yang sesungguhnya, kita akan gunakan hak angket sebelum hak menyatakan pendapat," papar Bambang.

Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar ini mengakui Undang-Undang APBNP 2014 memberi wewenang kepada pemerintah menaikan harga BBM. Namun  menaikkan harga BBM harus didasarkan pada dua pertimbangan, yakni harga minyak dunia dan kurs dolar terhadap rupiah. Berdasarkan UU APBN P 2014, harga minyak dunia diasumsikan sebesar Rp 105 dolar/barel. Sekarang harga minyak dunia sekitar turun drastis, sekitar 30 persen dari asumsi APBN P 2014, yakni 74 dolar/barel. "Karena harga minyak dunia tengah turun drastis. Bagaimana hitung-hitungannya? Jangan seenaknya mencari jalan pintas, beban fiskal pemerintah dibebankan ke pundak rakyat," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement