REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia kembali naik pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah perekonomian Amerika Serikat (AS) menguat. Sementara perekonomian Cina dan Zona Euro justru mengecewakan
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik satu dolar AS menjadi ditutup pada 75,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, naik 1,23 dolar AS menjadi menetap pada 79,33 dolar AS per barel di perdagangan London.
Sebuah indeks manufaktur daerah dari Federal Reserve Philadelphia secara tak terduga melonjak, sementara indeks ekonomi utama dari The Conference Board, merupakan penggabungan dari beberapa indikator ekonomi penting, juga meningkat.
Penjualan "existing-home" (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan atau dikenal juga dengan "home resales") pada Oktober naik untuk bulan kedua berturut-turut.
"Data ekonomi dari AS hari ini kuat dan itu membantu," kata Carl Larry, direktur minyak dan gas untuk Frost & Sullivan, sebuah perusahaan konsultan.
Hasil yang kuat dari AS sebagai konsumen minyak terbesar dunia, mengimbangi laporan manufaktur Cina yang mengecewakan. Indeks pembelian manajer (PMI) awal dari HSBC November untuk Cina turun menjadi 50 dari 50,4 pada Oktober. Peringkat di bawah 50 berarti menunjukkan terjadinya kontraksi.
PMI komposit aktivitas bisnis zona euro turun menjadi 51,4 pada November, dari 52,1 pada Oktober, laju paling lambat dalam 16 bulan terakhir. Para analis mengatakan pasar terus menunggu pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina pada 27 November untuk mengetahui langkah kartel dalam mengatasi penurunan harga minyak.