Jumat 21 Nov 2014 17:33 WIB

PM Thailand Tanggapi Santai Salam Hunger Games

Bendera Thailand
Foto: blogspot.com
Bendera Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdana Menteri Thailand Jenderal Prayuth Chan-ocha mengatakan dia tidak terganggu dengan salam tiga jari yang terinspirasi dari film Hollywood "The Hunger Games" dan sering digunakan masyarakat untuk mengekspresikan perlawanan mereka terhadap junta.

Namun, Jenderal Prayuth Chan-ocha memperingatkan bahwa masyarakat yang melakukan gestur itu di tempat umum berisiko membahayakan masa depan mereka sendiri.

Salam tiga jari tersebut menjadi simbol tidak resmi dari bentuk perlawanan terhadap kudeta di Thailand pada Mei 2014, dengan adanya sejumlah orang yang ditahan karena mengacungkan tiga jarinya ke udara karena dianggap sebagai tanda pembangkangan.

Gestur yang sama digunakan dalam film fiksi "The Hunger Games" oleh pemberontak yang melawan rezim diktator.

"Saya tidak terganggu dengan protes yang menggunakan salam tiga jari," kata Prayuth pada para reporter, Jumat (21/11).

Namun, sang perdana menteri memperingatkan mereka yang ditahan karena mengacungkan gestur tersebut dapat menghadapi masalah di kemudian hari.

"Saya tidak tahu salam itu ilegal atau tidak, tetapi itu dapat membahayakan masa depan mereka," kata dia.

Prayuth menyatakan hal tersebut sehari setelah seorang mahasiswi ditangkap oleh petugas berpakaian preman di luar sebuah mal besar di Bangkok karena mengacungkan salam tiga jari di depan poster film tersebut.

Dua siswa yang berada di luar bioskop pada hari itu pun ditangkap untuk dimintai keterangan meski mereka tidak melakukan gestur tersebut.

Pada Rabu, lima siswa sempat ditangkap oleh pihak militer karena membuat tanda dengan menggunakan tiga jari saat Prayuth sedang berpidato di provinsi Khon Kaen yang berada di timur laut Thailand. Kini semuanya telah dibebaskan.

"Saya tidak ingin menghukum mereka, jadi mereka hanya ditegur, dilepaskan, dan diperintahkan untuk tidak mengulanginya lagi karena itu tidak berguna bagi siapa pun," ujar Prayuth.

Sebagian bioskop di Thailand telah membatalkan penayangan film yang menampilkan sosok aktris Jennifer Lawrence yang berperan sebagai pemberontak yang melawan pemerintah totaliter setelah menjadi pemenang dari pertarungan penuh darah.

Namun, pemimpin Thailand itu mengatakan dia tidak pernah memperintahkan bioskop untuk berhenti menayangkan film tersebut.

"Saya tidak terlibat dalam hal tersebut," kata Prayuth.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement