Sabtu 22 Nov 2014 06:45 WIB

Kebijakan Obama Menuai Kecaman, Soal Apa?

Rep: c84/ Red: Bilal Ramadhan
U.S. President Barack Obama answers questions during a news conference in the East Room of the White House in Washington, November 5, 2014.
Foto: Reuters/Larry Downing
U.S. President Barack Obama answers questions during a news conference in the East Room of the White House in Washington, November 5, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) dari Fraksi Partai Republik telah menyuarakan kemarahan terhadap rencana sepihak Presiden Barack Obama terkait reformasi imigrasi.

Sebelumnya, pada Kamis (20/11), Obama menyatakan rencananya untuk menunda mendeportasi jutaan imigran gelap di AS. Media-media di AS mengatakan bahwa rencana Obama ini akan memungkinkan sekitar lima juta imigran gelap mendapat izin kerja, termasuk mereka yang mempunyai anak-anak yang lahir di Amerika dan pasangan yang salah satunya warga negara Amerika.

Ketua DPR AS, John Boehner menuding Obama berlaku bak raja atau seorang kaisar yang bertindak seenaknya dalam mengeluarkan kebijakan tersebut. Menurut Boehner, kebijakan sepihak Obama ini diyakini akan mendorong lebih banyak imigran gelap masuk ke Amerika Serikat dan menyebabkan krisis kemanusiaan di perbatasan AS.

"Kami memiliki sistem imigrasi yang rusak dan orang-orang Amerika mengharapkan kita untuk bekerja sama untuk memperbaikinya," kata Mr Boehner, seperti dilansir BBC News, Jumat (21/11).

"Presiden Obama pernah mengatakan dirinya bukan raja atau kaisar. Tapi apa yang ia lakukan ini, jelas ia bertindak seperti raja," kata Boehner.

Sementara itu, Obama tetap pada keyakinannya bahwa keputusannya ini tidak melanggar undang-undang. Menurut Obama, keputusan presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif bisa diberlakukan tanpa harus meminta persetujuan Kongres.

Berdasarkan kebijakan tersebut imigran gelap yang tinggal di AS selama lima tahun dan memiliki anak yang tinggal secara sah di negara tersebut berhak mengajukan izin kerja di AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement