Ahad 23 Nov 2014 14:48 WIB

Susi Ungkap Kebodohan RI Kelola Laut

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti ngomel tentang pengelolaan sektor kelautan di Indonesia. Ia beranggapan Indonesia bodoh dalam mengelola lautnya.

Dalam akun facebook miliknya, ia mengungkapkan kelicikan pihak asing dan kebodohan pemerintah Indonesia mengelola hasil laut dan perairan Indonesia.

"Salah satu kebodohan Indonesia adalah pada 2004, dimana Amerika mengeluarkan kebijakan tarif barrier atau dumping produk laut pada lima negara seperti China, Thailand, Vietnam dan lainnya," tulisnya, Sabtu (22/11).

Menurutnya, momentum itu seharusnya bisa dimanfaatkan Indonesia untuk merebut pasar asing. Namun kenyatannya, China malah memanfaatkan Indonesia sebagai negara transhipment atau perantara. Hasil laut Cina dibawa ke Indonesia kemudian diberi bendera Indonesia sebelum dikirim ke Amerika untuk mendapatkan pembebasan tarif.

"Kita ini sekarang harus mulai buka-bukaan rahasia umum jangan tabu dibicarakan. Kita tidak bisa selesaikan masalah. Mimpi saya saat itu (2004) KKP merevitalisasi seluruh pertambakan kita. Harga kita harusnya 2 kali lipat. Tetapi kita hanya jadi transhipment mereka. Barang China masuk Amerika pakai bendera Indonesia," katanya.

Pengusaha dan pemerintah waktu itu terbuai dengan keuntungan menjadi negara transhipment. Seharusnya pemerintah waktu itu bisa memaksa Cina untuk investasi dan membangun tambak di Indonesia jika mereka ingin ekspor tanpa kena tarif.

"Cina itu dumpingnya 110 persen, Vietnam 90 persen dikenakan. Harusnya paksa Cina bikin tambak di Indonesia. Ini yang mestinya kita sadari. Rahasia umum kok dibicarakan di belakang," katanya kesal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement