REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU –- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat ribuan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu semakin merana. Pasalnya, dalam waktu bersamaan, harga ikan hasil tangkapan mereka malah terjun bebas.
‘’Nelayan benar-benar menjerit, menangis,’’ ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, kepada Republika, Ahad (23/11).
Kajidin mengatakan, kenaikan harga BBM membuat modal melaut semakin mahal. Selain harus membeli solar yang harganya naik, semua perbekalan melaut juga mengalami kenaikan harga.
Seperti misalnya, nelayan tradisional yang melaut menggunakan perahu kecil kini harus mengeluarkan modal melaut diatas Rp 300 ribu. Padahal sebelum harga BBM naik, modal melaut hanya sekitar Rp 170 ribu.
‘’Namun hasil tangkapan mereka harganya malah anjlok,’’ kata Kajidin.
Kajidin mencontohkan, harga ikan tongkol yang semula Rp 10 ribu – Rp 12 ribu per kg, kini hanya dihargai Rp 8 ribu per kg, rajungan yang awalnya Rp 48 ribu – Rp 50 ribu per kg kini Rp 38 ribu per kg. Sedangkan ikan banyar yang semula Rp 22 ribu – Rp 25 ribu per kg, kini hanya Rp 16 ribu – Rp 17 ribu per kg.
Menurut Kajidin, anjloknya harga ikan itu terjadi di semua muara di Kabupaten Indramayu, di antaranya Karangsong, Eretan dan Glayem. Para nelayan tradisional yang pergi melaut, hanya bisa mendapatkan uang untuk makan selama di perahu saat melaut.
‘’Kalau untuk keluarga mereka, ya terpaksa utang kanan kiri,’’ keluh Kajidin.