REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Aktivitas mengajar di kelas tak dapat berhenti dalam enam hari sepekannya, sedangkan kebutuhan hidup keluarga juga terus mendesak.
Namun penghasilan Siti Dahlia, salah seorang guru honor di kota Bandar Lampung ini, tak mampu menutupi pengeluaran keluarganya untuk sebulan.
Dahlia, tak pernah berputus asa dengan nasibnya menjadi guru honor di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Al Khoiriyah, Kelurahan Kangkung, Kecamatan Telukbetung Selatan, kota Bandar Lampung.
Guru mata pelajaran Matematika ini terus saja mengabdikan dirinya untuk mengajar anak didiknya selama lima tahun terakhir.
"Kalau mengharapkan gaji guru honor, jelas tidak cukuplah, apalagi sekarang semua barang kebutuhan dapur naik," kata Siti Dahlia kepada Republika di Bandar Lampung, Rabu (26/11).
Guru honor di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah ini dibayar rata-rata Rp 300 ribu per bulan, bergantung dengan jam pelajarannya.
Dahlia tidak sendirian. Guru di sekolah agama ini memiliki 22 guru hanya memiliki dua guru berstatus pegawai tetap, selebihnya guru berstatus honor, yang gajinya per bulan hanya dihitung jam pelajaran.
Tadinya, Dahlia hanya mengajar di MTs kelas 7, 8, dan 9. "Karena kurang saya mengajar juga di MI," ujarnya.
Lulusan Program Studi Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Radin Inten ini, terus berharap ke depan dapat mengubah kesejahteraannya.
Selama ini, ia hanya mendapat gaji guru honor Rp 300 ribu per bulan. Suaminya, yang bekerja di swasta, juga belum mampu menghidupkan kebutuhan keluarnya sebulan.
"Saya terpaksa dagang kecil-kecilan sesudah mengajar, dan sorenya memberi les matematika anak-anak di kampung," ungkapnya.
Ia berharap gaji guru honor dapat dibayar per bulan seperti guru-gruru lainnya yang setiap bulan sudah mengantongi hasil keringatnya mengajar.