REPUBLIKA.CO.ID, oleh Joko Sadewo
Posisi yang sulit inilah yang membuat kegeraman mereka makin takterbendung. Hingga akhirnya perlawanan tersebut benar-benar dilakukan pada rapat pleno DPP Golkar. Para lawan politik Ical sudah menyiapkan perlawanan. Mereka akan habis-habisan menolak percepatan munas dan penunjukan Nurdin Halid sebagai pelaksana kegiatan munas.
Sebenarnya 'perlawanan' terhadap Ical juga sudah ditunjukan dengan kegagalan kubu Ical menyelenggarakan munas di Bandung. Kepolisian setempat menyampaikan penolakan penyelenggaraan munas dengan alasan keamanan. Ical pun kemudian mencoba mencari alternatif di daerah lain, sehingga diputuskan pelaksanaan munas dilakukan di Bali.
Pendudukan pleno DPP Golkar akhirnya dilakukan 'Samurai Golkar'. Mantan ketua AMPG Yorrys Raweyai datang bersama kader-kadernya untuk melawan Ical. Agenda sidang pleno DPP Golkar pada Senin (24/11) langsung berantakan. Ical memutuskan menskors pleno dengan alasan memasuki waktu sholat, ketika barisan AMPG memasuki ruang sidang. Dan dengan alasan tidak memungkinkan Ical memutuskan rapat diskors hingga Selasa (24/11).
Pada hari kedua pelaksanaan pleno, massa yang datang ternyata bukan cuma AMPG pendukung 'Samurai Golkar. Di sana hadir pula barisan yang berseragam AMPG tetapi mendukung Ical. Suasana memanas hingga bentrok fisik antara kedua kelompok ini takterbendung lagi. Untuk pertamakalinya darah pun mengucur di rapat pleno Partai Golkar.
Suasana di dalam forum rapat juga semakin memanas karena Ical tidak juga muncul di forum rapat. Ical hanya mengutus Theo L Sambuaga untuk menyampaikan putusan bahwa munas diselenggarakan sesuai putusan rapimnas, yaitu diselenggarakan 30 November 2014 di Bali. Setelah itu Theo menutup rapat pleno.
Lawan politik Ical pun geram. Mereka akhirnya membuka lagi rapat pleno DPP Golkar. Mereka pun membentuk Presidium Penyelemat Partai Golkar. Dan mereka akhirnya memutuskan memecat Ical dan pendukungnya. Mereka pun berniat menyelenggarakan Munas IX Golkar tandingan. Inilah pertamakalinya dalam sejarah, Golkar terpecah secara kelembagaan.
(Bersambung)