REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Jakarta, kita mengenal Jakarta Great Sale, biasanya event ini digelar saat ulang tahun DKI Jakarta. Di AS, ada Black Friday. Apa itu?
Black Friday merupakan satu hari setelah Thanksgiving, dimana semua orang berbondong-bondong berbelanja. Pada hari itu, banyak perusahan retail mengeluarkan diskon besar.
Penggunaan nama Black Friday sendiri, menurut Money Crashers, dimulai pada Tahun 1966 pihak kepolisian Philadelphia yang menyebut hari setelah Thanksgiving sebagai Black Friday, karena kemacetan lalu lintas yang luar biasa karena saat itu banyak orang berbondong-bondong untuk belanja.
Memang, ada pihak yang menyebut Black Friday itu memiliki konotasi negatif. Seiring perjalanan waktu, konotasi negatif itu berangsur menghilang.
Kini, Black Friday menjadi salah satu hari berbelanja terbesar di dunia. Memang tidak menempati urutan teratas, tapi tetap masuk 10 besar hari berbelanjar terbesar di dunia. Dan sejak tahun 2002, Black Friday adalah hari tersibuk untuk belanja di Amerika Serikat. Ritual ini berlanjut hingga saat ini.
Seiring lahirnya teknologi internet, Black Friday pun tak lagi mengandalkan toko atau departemen store. Karena, banyak bermunculan pihak kedua yang menawarkan via online, misalnya saja Amazon.
Bagaimana aturan mainnya?
Biasanya, diskon besar akan berlaku pada hari tertentu. Disini, kesigapan konsumen menjadi kunci. Memang, tidak semua perusahan memberikan bocoran.