REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar komunikasi politik, Tjipta Lesmana, menceritakan pengalamannya bertemu dengan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Pejuang kemerdekaan Indonesia itu memaparkan Golkar adalah partai besar.
“Saya pendiri Golkar. Ini untuk mempersatukan bangsa,” ujar Tjipta Lesmana menuturkan pernyataan jenderal bintang lima itu, dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV swasta, di Jakarta, Kamis (27/11). Tjipta pernah bertemu dengan pejuang gerilya itu di kediaman yang kini jadi museum Jenderal Besar AH Nasution, di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta.
Pengalamannya bertemu dengan jenderal besar itu diakuinya sebagai pengalaman luar biasa. Tentu, jika sekarang jenderal perang gerilya itu masih hidup, maka akan menangis melihat konflik internal Golkar yang kini memanas. “Itu tentu sangat tidak diharapkan,” imbuh Tjipta.
Partai Golkar yang selama ini dikenal sebagai partai kader yang paling solid pada akhirnya harus memulai era baru sebagai partai yang penuh konflik terbuka. Lahirnya Presidium Penyelamat Partai Golkar, sebagai tandingan dari kepemimpinan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, menjadi menanda partai ini akan memasuki babak baru sebagai partai yang akan 'pecah' secara institusi.
Sejarah Golkar selama ini dikenal sebagai partai yang solid. Riak pertentangan dan konflik internal, biasanya bisa dikelola dengan sangat baik, sehingga gejolaknya tidak pernah muncul secara terbuka ke publik.
Memang dalam sejarahnya, ada sejumlah kader yang kecewa pada akhirnya keluar dan mendirikan partai baru. Tapi biasanya tanpa memunculkan konflik melibatkan kelembagaan. Tengok saja ketika Wiranto keluar dan mendirikan Hanura, Prabowo keluar lalu mendirikan Partai Gerindra, dan terakhir Surya Paloh yang kalah bersaing dengan Ical pada akhirnya mendirikan Partai Nasdem. Konflik-konflik ini sangat terlokalisir, tidak melibatkan Golkar secara kelembagaan, dan tidak melibatkan banyak kader.
Tapi konflik yang terjadi di masa kepemimpinan Ical ini sangat berbeda. Tokoh-tokoh Golkar seperti Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Zainuddin Amali, Agus Gumiwang Kartasasmita, Hajriyanto Tohari, adalah figur-figur penting kekuatan Partai Golkar.
Konflik menjadi sangat serius karena mereka secara kelembagaan telah memecat Ical dan membuat kepengurusan baru. Bahkan sudah mengambil alih DPP Partai Golkar. Dan sebelum 15 Januari 2015 mereka akan menyelenggarakan Munas IX Golkar tandingan.