REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok Islam Ikhwanul Muslimin memprotes pemerintah Mesir pada Jumat (28/11) kemarin. Mesir Ikhwanul Muslimin mengatakan anggotanya akan protes pada hari Jumat, memperingatkan negara atas konsprasi yang telah mereka lakukan terhadap para pengunjuk rasa.
Menurut kelompok ikhwanul Muslimin, kelompok ini akan terus melakukan protes di bawah slogan Aliansi Nasional. Ini dilakukan untuk mendukung Legitimasi.
Selain itu, di hari yang sama juga adapula sebuah kelompok Islam yang dikenal sebagai Salafist Front (Fron Salafi) menyerukan pemberontakan pemuda Muslim di hari identitas Islam. Mereka mendorong pendukungnya untuk menaikkan Quran dalam demonstrasi. Tuntutan kelompok termasuk adalah keinginan akan penerapan hukum syariah Islam di Mesir.
Ikhwanul sendiri tetap akan mempertahankan dukungannya untuk revolusi Islam dalam demonstrasi tersebut. "Kalian semua telah melihat respon besar untuk melestarikan Islam sebagai identitas pada pemberontakan pemuda Muslim ini," kata demonstran Ikhwanul. Mereka juga menyatakan, protes akan menyebabkan teror dan ketakutan bagi rezimdan akan memunculkan kudeta.
Dilansir dari Ahram Online, Sabtu (29/11) seperti yang diketahui bahwa Ikhwanul Muslimin sempat menggulingkan Presiden Mohamed Morsi mendesak pendukung mereka untuk mempertahankan protes damai. Mereka menambahkan, tentara dan polisi pasti memiliki konspirasi untuk melakukan pembantaian terhadap demonstran.
Kelompok ini juga mendesak pendukungnya untuk melestarikan darah Mesir dan tidak memberi kesempatan untuk para penjahat dari kudeta militer berdarah. Kemudian, mereka akan menyimpan kudeta berdarah di Mesir untuk membela negara dan melawan musuh-musuhnya.
Pernyataan ini menyarankan anggotanya untuk menjauhkan dari lokasi di mana polisi dan tentara ditempatkan serta mengibarkan bendera Mesir.
Ikhwanul Muslimin, dicap sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Mesir pada Desember tahun lalu. Kelompok ini telah dijadwalkan untuk melakukan protes pada Jumat kemarin secara teratur sejak penggulingan Morsi pada 3 Juli 2013. Namun, jumlah mereka terus berkurang di tengah tindakan keras polisi.
Selain dari Salafi depan, pro-Morsi Aliansi Nasional untuk Mendukung Legitimasi (NASL) juga mengikuti protes tersebut. Mereka juga mendukung gerakan yang dilakukan pada protes ini.