REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku Indonesia tidak merasa sendiri dalam menghadapi persoalan agama, karena saudara serantau memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang dijalaninya itu.
Pernyataan tersebut disampaikan Lukman Hakim Saifuddin saat penutupan forum tahunan para Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ke-16 di Denpasar, Bali, Rabu.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dalam siaran persnya yang diterima Antara, menyebutkan bahwa ada dua hal besar terkait perjalanan setiap negara memiliki permasalahan sendiri-sendiri terkait ikhwal keagamaan. Dengan pertemuan tidak resmi ini, Indonesia tidak merasa sendiri, karena bisa mendapat masukan dari negara-negara lain.
"Ini memberikan semangat, inspirasi, bahwa banyak saudara-saudara serumpun, saudara-saudara serantau memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang dijalani. Ini pengalaman pertama yang sangat berarti bagi kami," kata Menag.
Kedua, forum MABIMS adalah wahana meneguhkan ukhwah yang selama ini menjadi anjuran perintah dari Rasulullah saw yang akan terus dibangun, tidak hanya ukhwah Islamiyah, ukhwah wathoniyah, dan bahkan harus sampai kepada ukhwah basyariyah. Karena, lanjut Menag, sesama umat manusia di atas muka bumi ini adalah saudara seiman.
Posisi MABIMS penting untuk berkontribusi dalam menjawab isu dan tantangan, seperti gerakan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. "Agama bisa mendatangkan rahmat bagi alam semesta," tegas Menag.
Menag juga menjelaskan beberapa langkah konkrit yang disepakati bersama dalam menyikapi ekstrimisme, radikalisme dan terorisme, antara lain: mensosialisasikan pernyataan sikap yang dihasilkan daalam forum MABIMS ini, mengefektifkan peran dakwah, memperkuat pendidikan tentang ajaran islam yang rahmatan lil alamin.
Menanggapi sinyalemen lahir dan tumbuhnya terorisme dari lembaga pendidikan berbasis Islam, peserta MABIMS menyepakati agar lembaga pendidikan Islam harus mengajarkan kurikulum dengan materi Islam yang sesungguhnya, Islam rahmatan lil 'alamin.
Terkait sidang itsbat, Menag menjelaskan bahwa peserta MABIMS mendapat titik temu sebagai kesepakatan untuk menjawab perbedaan yang ada dengan menggunakan kriteria tinggi hilal dua derajat dan umur bulan 8 jam, sebagai patokan penentuan awal bulan Qamariah.