Rabu 03 Dec 2014 23:42 WIB

Ekonomi Jawa Tengah Masih Dipengaruhi Global

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,  SEMARANG--Pemulihan ekonomi global ikut mempengaruhi pertumbuhan domestik Indonesia tahun 2014. Pemulihan ekonomi global ini menyebabkan pertumbuhan domestik Indonesia tahun 2014 masih menurun.

 

Hal ini terungkap dalam seminar ‘Meneropong Ekonomi Jawa Tengah 2015 : Mengawal Stabilitas, Bersinergi  Mempercepat Reformasi Struktural’ di Kantor Bank Indonesia wilayah V, Semarang, Rabu (3/12). Kepala Kantor Bank Indonesia wilayah V, Sutikno mengatakan, pemulihan ekonomi global ini menjadi pemicu melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama.

 

Kondisi ini masih diperberat dengan merosotnya harga komoditas ekspor berbasis sumber daya alam (SDA) yang  menyebabkan nilai ekspor Indonesia mengalami perlambatan di tahun 2014. “Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi yang mengandalkan ekspor berbasis SDA, seperti beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan, turut mengalami perlambatan yang cukup signifikan,” ujarnya.

 

Bagi Jawa Tengah, jelasnya, pemulihan ekonomi global ini  ini juga ikut berpengaruh pada triwulan III 2014. Hal ini terlihat pada kinerja ekspor luar negeri yang tumbuh melambat. “Kecuali pada salah satu industri pengolahan utama di Jawa Tengah, berupa industri tekstil dan produk tekstil (TPT),” jelasnya.

 

Hingga triwulan III tahun 2014 ini, jelas Sutikno, kinerja industri tekstil tumbuh meningkat akibat didorong perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang menjadi negara mitra dagang utama industri tekstil.Meski memiliki prospek yang baik, namun industri tekstil ini menghadapi sejumlah tantangan.

Khususnya terkait dengan penyediaan bahan baku yang sebagian besar masih dipenuhi melalui impor. Sementara, penjualannya tidak seluruhnya disalurkan dengan ekspor. “Hal ini menyebabkan industri ini rentan terhadap risiko nilai tukar,” ujarnya.

 

Tantangan lainnya berupa persaingan pasar dengan industri sejenis di regional, seperti dengan Vietnam yang upah manufakturnya lebih rendah. “Upah yang rendah ini sudah tentu berdampak pada biaya produksi dan harga jual, terutama untuk produk masal,” tambahnya.

 

Sutikno juga menyampaikan, tantangan pertumbuhan akan dihadapi sektor pertanian. Perlambatan kinerja terutama terjadi di komoditas tanaman bahan makanan, yang terhambat oleh faktor alam. "Di sektor perbankan, kami melihat bahwa perbankan di Jawa Tengah masih kuat dengan likuiditas yang terjaga," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement