Kamis 04 Dec 2014 15:47 WIB
Transkrip rekaman diduga suara Nurdin Halid

Isi Rekaman Pemenangan Ical, Pengakuan Nurdin: Ini Licik...Ini Licik... (bagian 2)

Nurdin Halid (l)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Nurdin Halid (l)

REPUBLIKA.CO.ID, Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, telah secara aklamasi memilih Aburizal Bakrie menjadi ketua umum Partai Golkar lagi. Kemenangan secara aklamasi ini bukan hal yang mengejutkan, karena sejak awal para calon ketum lainnya sudah mengendus adanya skenario pemenangan Ical secara aklamasi. Sehingga mereka ramai-ramai menolak Munas IX Bali karena dianggap tidak fair dan menyalahi AD/ART Partai Golkar.

Di tengah-tengah penyelenggaraan munas, muncul rekaman yang diduga merupakan suara Nurdin Halid yang melakukan pertemuan dengan ketua-ketua DPD I Golkar. Isi pertemuan itu adalah membuat skenario persidangan untuk meloloskan tata tertib,  yang akan memudahkan Ical untuk terpilih lagi menjadi ketua umum.

Berikut adalah transkrip rekaman yang diduga merupakan suara Nurdin Halid:

Saudara-saudara sekalian, sekarang ketua umum kita, saya juga baru tahu, saya pikir beliau hanya berjuangan politik di lembaga DPR, ternyata tidak. Dia punya feeling yang sangat kuat. Dia sekarang melalui orang lain mengajukan judicial review ke MA. Kenapa? Karena kalau judicial review itu diterima artinya perppu dibatalkan oleh MA maka otomatis UU Pilkada itu berlaku.

Kalau DPR bulan Januari nanti menolak Perppu maka tidak otomatis UU Pilkada oleh DPRD itu berlaku. Bikin UU baru. Ini luar biasa Pak ARB. Siapa yang diuntungkan kalau (Pilkada) melalui DPRD?  Ketua-Ketua Partai Golkar se-Indonesia (floor bertepuk tangan).

Sekarang kalau mau jujur, ketua Golkar tidak punya jaminan untuk mendapatkan tiket menjadi bupati/wali kota. (suara kurang jelas). Pertama karena elektabilitasnya rendah. Kedua, dokunya kurang. Logistiknya kurang.

Tapi kalau Pak ARB solid, pertarungannya ada pada lima partai. Bukan sejuta rakyat, seratus ribu rakyat, dua ratus ribu rakyat. Begitu menjadi ketua Golkar sudah menjadi tiket untuk menjadi bupati/ wali kota (ada yang bersuit). Sehingga ada motivasi pertarungan internal, ada sugesti, untuk menjadi ketua Golkar. Kalau sekarang?.

Yang kedua, UU Pileg. Kita sudah putuskan. Ini luar biasa ketua DPD I se-Indonesia ini. Kita yang paling dirugikan soal kursi. Ketua Golkar banyak yang tidak terpilih. Konyol itu. Sistem sangat buruk. Masak ada ketua Golkar tidak terpilih.

Ada ketua DPP tidak terpilih. Padahal dia wakil ketua DPR, dia wakil ketua MPR, tokoh muda itu namanya Priyo Budi Santoso. Tidak dipilih oleh rakyat di kampungnya.

Ini sistem yang buruk. Kita harus berjuang bahwa sistem proporsioanl terbuka menjadi sistem proporsional tertutup. Nomor urut.  Sehingga ada rangsangan orang untuk ikut kaderisasi partai. Sekarang orang tidak tertarik ikut kaderisasi. Buat apa kaderisasi. Wong ketua Golkar saja tidak terpilih. Sehingga tidak akan terbangun partai modern, sebuah partai yang bisa menciptakan demokratisasi sejati. Gak mungkin, karena gak ada kaderisasi.

Ini perjuangan-perjuangan ke depan. Dan ini hanya mungkin terjadi kalau Pak ARB kuat. Nah ini kemudian yang membuat DPD I se-Indonesia tanggal 21 Oktober memutuskan bahwa kita harus meminta Pak ARB untuk kembali memimpin. Bergulirlah apa yang kita lakukan sekarang. Begitu aspirasi DPD I nyambung dengan DPD II memberikan dukungan, mulailah para calon-calon ketum ini mulai merasa tersudut, merasa terdesak, merasa peluangnya menjadi kecil untuk menjadi ketua umum. Tidak ada pilihan selain berulah untuk menggagalkan ARB menjadi ketua umum dengan cara menggagalkan munas. Bapak-bapak tidak perlu saya ceritakan.

Jadi kali ini, kita dalam musyawarah nasional terhadap orang, ada ideologi ada idealisme. Berbeda dengan di Riau. Sangat berbeda. Di Riau, orang yang kita pilih bukan karena idealisme, tapi orang itu mau jadi ketua umum karena mau jadi calon presiden. Kali ini tidak. Apa itu ideologi? yaitu mempertahankan Pancasila dan UUD 45 dan itu (suara tidak jelas) dengan daripada pembentukan KMP.

Ada idealisme. Idealisme yaitu mengembalikan kejayaan Partai Golkar melalui KMP. Partai Golkar harus di luar pemerintahan.  Itu idealisme. Setelah itu kita menyatakan untuk menjalankan itu hanya hanya dapat melalui KMP. Kira-kira begitu (peserta rapat: setuju...setuju... lalu bertepuk tangan).

 

(bersambung...)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement