REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Pemerintah mesti ambil peran berupa kebijakan yang mendukung Ketahanan Energi Nasional terutama dalam realisasi konversi gas. Sebab, hal tersebut akan mengurangi beban Impor BBM serta ketersediaannya yang makin menipis
“Kenapa gas, karena potensi produksinya luas di wilayah Indonesia yang cadangannya masih mencapai 65 tahun,” kata Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan pada Jumat (5/12). Sementara, lanjut dia, cadangan minyak bumi diprediksi hanya tinggal 22 tahun saja.
Ketergantungan impor BBM di Indonesia saat ini mencapai 3,6 miliar dolar amerika. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ekonomi tinggi dan memberatkan anggaran subsidi BBM hingga dua ratus triliun. Sementara, naiknya harga BBM saat ini hanya membuat pemerintah dapat berhebat sebanyak Rp 100 triliun.
Gas, kata dia, dapat menjadi alternatif energi. Namun, penyiapannya pun harus optimal. Produksi gas saat ini kurang lebih tiga triliun kaki kubik per hari. Gas dapat menjadi pilihan, karena dinilainya berbiaya murah dan ramah lingkungan. Di samping itu, bahan baku gas tersedia melimpah. Berbeda dengan cadangan minyak mentah yang terbatas.
Selain pemerintah yang mesti mendukung penyiapan konversi, PGN sebagai perusahaan distribusi gas perlu pengembangkan infrastruktur tak hanya untuk kawasan Jawa, Sumatra dan Kalimantan, tapi juga menjangkau Indonesia bagian timur. Kebutuhan infrastruktur jika ingin dikembangkan ke Seluruh Indonesia.