REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan konflik yang terjadi di Partai Golkar pada 2014 lebih ekstrem dibandingkan tahun sebelumnya. Konflik yang terjadi di partai beringin ini bahkan dianggapnya lebih parah dibandingkan dengan konflik pada 2009 ataupun 2004.
Yunarto menjelaskan, Partai Golkar saat ini lebih berani menampilkan konflik yang terjadi di internalnya ke publik. Para elite Golkar, katanya, tanpa ragu saling menghujat dan mencaci maki antarkubu di depan masyarakat.
"Jelas ini lebih ekstrem," ujar Yunarto saat dihubungi Republika Online (ROL) pada Ahad (7/12).
Yunarto menjelaskan, konflik Golkar yang sebelumnya pernah terjadi pada 2004 dan 2009 tidak pernah sejauh ini. Saat konflik Golkar dahulu, ujar Yunarto, mereka tidak pernah memublikasikan konfliknya ke publik. Menurutnya, para elite Golkar saat itu bisa menutup-nutupi permasalahannya dari masyarakat.
Yunarto mengungkapkan, dengan adanya konflik ini, Golkar kemungkinan besar akan terpecah. Menurut dia, potensi pembentukan partai politik baru kemungkinan besar terjadi.
"Polanya sama dengan konflik yang dahulu terjadi di Golkar," kata Yunarto.
Sebelumnya, kata Yunarto, Golkar telah mengalami perpecahan partai juga akibat konflik yang terjadi. Menurut dia, terdapat empat partai yang menjadi korban perseteruan di kubu internal partai Golkar. Keempat partai tersebut, seperti Hanura, Gerindra, Nasdem, dan PKPI.
Selain itu, dengan adanya konflik Golkar ini, kata Yunarto, partai ini juga berpotensi memiliki imej yang buruk dari masyarakat. Hal ini bisa terjadi, tambahnya, karena konflik dan perseteruan yang terjadi tersebut diketahui oleh masyarakat.
"Apalagi, mereka saling menghujat dan memcaci maki di hadapan publik," katanya menjelaskan.
Info seputar sepak bola silakan klik di sini