REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani Selasa menyerukan respon regional terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) daripada pengerahan pasukan dari tempat yang lebih jauh.
"Jika negara-negara di kawasan itu setuju, mereka bisa menyirnakan kelompok-kelompok anti-Islam seperti Daesh dan membebaskan ribuan pria, wanita serta anak-anak yang telah kehilangan
rumah mereka," kata Rouhani dalam konferensi anti-ekstremisme di Teheran, menggunakan akronim Arab untuk IS.
"Dalam hal ini, tidak akan ada kebutuhan untuk kehadiran orang asing," katanya menambahkan.
Iran adalah sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mengatakan pihaknya mendukung pemerintah Irak dalam memerangi IS.
Satu koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, yang meliputi lima negara Arab namun tidak termasuk Iran, telah melakukan ratusan serangan udara terhadap IS, yang menguasai petak luas di Irak dan Suriah.
Komandan Amerika dari upaya perang Senin mengatakan bahwa sekutu AS siap untuk mengirim sekitar 1.500 personil keamanan ke Irak untuk membantu Baghdad memerangi kelompok jihad itu.
Hal ini menyusul keputusan Washington bulan lalu untuk menggandakan jejak militernya di Irak untuk menjadi 3.100 tentara.
Rouhani menyerukan negara-negara untuk "menghentikan bantuan keuangan langsung dan tidak langsung kepada kelompok-kelompok teroris" - sesuatu yang Iran telah berkali-kali nyatakan bahwa Qatar dan Arab Saudi bersalah dalam hal ini.
Dia juga menyerukan perubahan dalam mengajar di pusat-pusat belajar agama untuk mencegah orang-orang muda yang radikal dan masyarakat internasional untuk melawan "penggunaan internet dan jaringan sosial oleh para teroris".