REPUBLIKA.CO.ID,
Tanpa pikir panjang, suaminya langsung menarik tangannya dan sambil menggendong anaknya berlari menghindari gulungan tanah. Namun mereka kalah cepat dengan gulungan tanah yang longsor.
''Waktunya sangat cepat, mungkin tidak sampai lima menit semuanya kemudian menjadi rata dengan tanah,'' jelas Bawon.
Namun dia merasakan pegangan tangan suaminya kemudian terlepas, sementara suami dan anaknya kemudian tergulung longsoran tanah.
''Saat itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Saya hanya merasakan seperti berlari di atas gulungan tanah. Sedangkan suami saya semakin menjauh dan tenggelam terkubur tanah,'' katanya sendu.
Ketika ditemukan warga yang melakukan pencarian korban Jumat (12/12) malam, dia hanya terbenam sedikit di bagian kaki. Yang membuat takjub, kondisi Bawon sekadar mengalami luka lecet.
Bahkan kandungannya yang berusia tujuh bulan, menurut petugas medis di puskesmas tersebut juga dalam keadaan sehat.
''Alhamdulillah, Ny Bawon serta janin yang dikandungnya masih sehat. Detak jantung janinnya juga masih normal. Namun kami minta agar jangan ditanyai terlalu banyak dulu, karena kami khawatir yang bersangkutan masih trauma dan bisa menyebabkan stres,'' kata bidan senior Puskesmas Karangkobar, Umi Qosidah.
Bawon hingga Ahad (14/12) pagi masih dirawat di Puskemas Karangkobar, dengan ditemani beberapa ibu, bapak dan saudaranya.
Lain lagi cerita yang dialami Partinah (30). Dia adalah penghuni rumah satu-satunya di bawah tebing longsor, yang masih utuh. Sementara di sekelilingnya, tertimbun runtuhan longsor yang tingginya mencapai lebih dari semeter.
Meski demikian, dari empat orang penghuni rumah itu, hanya Partinah sendiri yang selamat. Sementara suaminya, Sukamto (35) serta dua orang anaknya yang masing-masing masih berusia 7 dan 12 tahun, belum diketahui nasibnya.
Saat ditemui di lokasi pengungsian di kantor Kecamatan Karangkobar, Partinah mengungkapkan ketika longsor berlangsung, dia dan semua keluarganya memang sempat berusaha menyelamatkan diri dengan berlari meninggalkan rumahnya.
''Saya tidak tahu, kalau rumah saya menjadi satu-satunya rumah yang masih utuh. Bila kami sekeluarga tetap berada dalam rumah, mungkin kami sekeluarga bisa selamat,'' katanya.
Ia menyebutkan, saat berusaha menyelamatkan diri itu, dia dan suaminya kemudian tergulung longsoran tanah. ''Saya sendiri tidak tahu kenapa saya bisa selamat. Saya tidak tahu bagaimana kondisi suami dan dua anak saya sekarang, karena kondisinya saat itu benar-benar panik,'' katanya sambil menangis.