REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengingatkan ancaman bahaya liberalisasi berpotensi melemahkan nilai-nilai agama. Hal ini, menurut dia bisa terlihat dari kenyataan yang ada dalam masyarakat
"Masyarakat Islam semakin jauh dengan agama yang dipeluknya," kata Din Syamsuddin ketika menjadi pembicara kunci dalam acara Halaqah Kebangsaan (Refleksi Akhir Tahun dan Pra-Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI). Ia menambahkan sebagian masyarakat muslim telah digandrungi dengan sifat mencintai dunia serta melupakan kecintaan terhadap akherat.
Sehingga meruntuhkan nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Hal ini bisa dilihat antara lain dari maraknya kejahatan sosial, korupsi hingga penyalahgunaan obat terlarang. "Di tingkat politik, rubuhnya nilai-nilai keagamaan bisa dilihat dari kekalahan partai-partai berdasar Islam, atau berbasis masyarakat muslim," katanya.
Karena itu, ujar dia, pelaksanaan Kongres Umat Islam Indonesia ke VI pada Februari 2015 dinilai sangat penting untuk memberi warna dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.Sebelumnya, Ketua Fraksi Hanura di MPR Syarifuddin Suding mengatakan, Pancasila pada saat ini semakin tergerus pemahaman liberalisasi terutama dalam era globalisasi sehingga perlu direvitalisasi kembali.
"Dalam era globalisasi, Pancasila mulai tergerus akibat liberalisasi," kata Suding. Ia menambahkan dampak tergerusnya Pancasila tersebut tidak dapat dihindarkan karena Indonesia juga merupakan bagian dari globalisasi bangsa-bangsa.