REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bentrokan antar warga Desa Tanjung dengan Desa Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu, sekitar pukul 12.00 WITA, menewaskan seorang remaja berinisial IW (17) asal Desa Tanjung.
Wahyudin, anggota Radio Antar penduduk Indonesia (RAPI) Kota Bima, Rabu, mengungkapkan hal itu berdasarkan hasil pemantauannya sejak awal bentrokan antarwarga di wilayah setempat. "Kondisi saat ini masih belum kondusif. Kami baru mengetahui ada seorang remaja yang tewas diduga terkena tembakan," katanya kepada wartawan.
Ia menjelaskan bahwa remaja tersebut tewas tertembak saat bentrokan terjadi di terminal Dara, Kota Bima. "Dia datang bersama rombongan massa dari Desa Tanjung yang datang dan menyerang Desa Dara," ujar dia.
Dari informasi yang didapat, bentrokan pada Rabu siang itu terjadi dipicu oleh perkelahian antar pelajar usai pembagian rapor di sekolahnya. Namun, Wahyudin sendiri tidak mengetahui asal sekolah para pelajar yang berkelahi tersebut. "Mereka berkelahi dengan rekan satu sekolahnya. Tapi, kami belum mengetahui para pelajar mana," ucap Wahyudin.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pelajar asal Desa Tanjung diserang rekan satu sekolahnya yang diketahui berasal dari Desa Dara.
Karena tidak terima atas perilaku rekannya itu. Pelajar asal Desa Tanjung memanggil rekannya dan menyerang Desa Dara. "Awalnya saling lempar batu, lama kemudian datang anggota pengamanan dari pihak kepolisian termasuk Satbrimob," ucap Wahyudin.
Tembakan peringatan dilakukan pihak kepolisian, namun tidak juga membuat bentrokan itu meredam, melainkan memicu emosi bentrokan antarwarga.
Selain satu orang tewas, kata dia, 13 orang diketahui mengalami luka berat akibat bentrokan tersebut. "Kini nasib 13 korban sudah dilarikan menuju Rumah Sakit Umum di Bima," ucapnya.
Ia menuturkan bahwa dari 13 korban tersebut ada dua korban yang diketahui berasal dari anggota kepolisian dan Satbrimob. "Korban lainnya berasal dari Desa tanjung," katanya.
Mengetahui ada rekannya yang mengalami luka berat dan satu orang yang tewas, massa dari Desa Tanjung kemudian bergerak menuju Pos Penjagaan Polisi yang terletak di sebelah Barat lapangan Merdeka Serasuba, dan menyerangnya.
Menurut Wahyudin, hal itu dilakukan karena massa dari Desa Tanjung mengira jatuhnya korban dalam bentrokan itu akibat perbuatan pihak kepolisian. "Mereka mendatangi pos polisi dan membakar seluruh bangunan dan isinya, yang tersisa hanya tembok saja," ucapnya.