Kamis 25 Dec 2014 19:16 WIB

Angka Kematian Bayi di NTB Masih Tinggi

Rep: c75/ Red: Joko Sadewo
Bayi demam
Foto: parentdish.co.uk
Bayi demam

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Angka kematian bayi di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tinggi mencapai angka kematian 57 orang/1000 kelahiran, menjadi salah satu penyebab Index Pembangunan Manusia (IPM) NTB berada di urutan ke 33 tahun 2013 dari total seluruh provinsi di Indonesia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Wahyudin mengatakan angka kematian bayi di provinsi NTB relatif masih tinggi. Jika, dibandingkan angka kematian bayi ditingkat nasional yang hanya 32 orang/1000 kelahiran. "Angka kematian bayi di kita masih 57 orang per 1000 kelahiran.  Itu masih lumayan tinggi. Sementara nasional masih 32/1000 kelahiran," ujarnya kepada Republika Online (ROL), Kamis (25/12).

Upaya pemerintah provinsi menurunkan angka kematian bayi di NTB masih belum merata ke seluruh pelosok provinsi NTB. Penyababnya, sarana dan prasarana kesehatan di desa-desa masih kurang.  "Upaya yang dilakukan sudah cukup bagus dengan adanya progres (ke 5) secara nasional. Cuma masih belum merata karena di desa-desa sarana kesehatannya masih kurang dan hal itu berpengaruh," katanya.

Ia menuturkan, angka kematian bayi di provinsi NTB yang paling banyak disumbang dari daerah-daerah pedesaan. Meski begitu, Wahyudin menilai progres IPM di Provinsi NTB berjalan dengan cukup bagus.

Dirinya menjelaskan program pemerintah provinsi berjalan relatif meningkat. Terbukti, progres peningkatan IPM NTB berada diurutan ke 5 se-Indonesia dari 34 provinsi. "Artinya progresnya sudah diatas dan ada peningkatan dari hasil yang diprogram pemerintah," katanya.

Wahyudin menambahkan, menyangkut peringkat IPM NTB ke 33 dari total seluruh provinsi di Indonesia. Disebabkan, kondisi awal penghitungan IPM di NTB, angka usia harapan hidup masih rendah serta angka kematian bayi masih tinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement