REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Kesehatan melansir data, angka kebutaan di Indonesia sebanyak 1,5 persen dari total penduduk atau sekitar Rp 3,6 juta orang. Sementara itu, berdasarkan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang didirikan sejak 26 Januari 1966, sebanyak 3,6 juta tunanetra ingin mendapatkan kesetaraan, karena sering mengalami diskriminasi.
Di antaranya dalam hal layanan publik, seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, akses transportasi umum, dan aspek lainnya. Guna membantu mengentaskan kemiskinan para tunanetra, khususnya yang tinggal di pedesaan, di mana mereka masih punya lahan untuk bertani, Sido Muncul tergerak menggandeng Pertuni.
"Jumlah tunanetra di Indonesia sama dengan seluruh penduduk Singapura. Karena itu, kami ingin memberdayakan mereka dengan kemitraan pelatihan budidaya tanaman obat," kata Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat di Stadion Madya Senayan, Kamis (8/1).
Untuk merealisasikan hal itu, PT Sido Muncul melakukan nota kesepahaman (MoU) pelatihan dan pengembangan bahan baku bersama Pertuni. Selain Irwan, hadir di acara itu Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati dan Ketua Pembina Pertuni Mohamad Hasan.
Menurut Irwan, nantinya pelatihan akan dilaksanakan di pabrik Sido Muncul yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta KM 28 Bergas, Klepu, Semarang. Selanjutnya, anggota Pertuni yang sebagian besar dari pedesaan ini, bakal melakukan budidaya penanaman obat di lahannya sendiri dengan pendampingan dari Sido Muncul, di mana hasilnya nanti dapat dijual ke Sido Muncul yang dikoordinasi dari Pertuni.
"Karena kalau hanya memberi itu tidak bagus, lebih baik memberdayakan para tunanetra agar dapat mandiri, dan mampu menghasilkan uang untuk membantu kehidupan mereka dari bertani," kata Irwan.
Dia melanjutkan, kebutuhan bahan baku Sido Muncul yang mampu dipenuhi mitra kerja, yaitu kelompok petani baru sekitar 30 persen dari total kebutuhan. Sementara, sisanya diperoleh dari membeli di pasaran. Karena itu, ia berharap para tunanetra bisa memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya.
Dengan begitu, kehidupan mereka bisa lebih baik. "Orang yang tidak bisa melihat itu hatinya lebih peka. Semoga mereka bisa memanfaatkan lahan dengan membudidayakan tanaman obat yang memiliki nilai ekonomi," ujar Irwan.
Sementara itu, Kepala Bagian Budidaya Tanaman Obat PT Industri Jamu dan Farmasi Tbk Bambang Supartoko menyatakan, tanaman obat yang bisa dikembangkan adalah jahe, kunir, dan kunyit. Kebutuhan ketiganya sangat besar.
Dia mengungkapkan, Sido Muncul, setiap bulannya membutuhkan 60 ton kunyit segar, 10 ton kunyit kering, 40 ton jahe segar, dan 10 ton jahe kering. "Tidak perlu lahan luas, tanaman nanti bisa dibudidayakan di pot," katanya.
Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati mengapresiasi kerjasama dengan Sido Muncul. Pasalnya, tunanetra diberi kesempatan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Anggota Pertuni, kata dia, akan diberi pendampingin sejak pemilihan bibit tanaman, pembinaan, penuluhan, saat tanam, pemeliharaan sampai panen, dan pascapanen.
"Ini sangat berguna bagi kami. Nanti proyek ini kalau bisa dikembangkan karena memiliki nilai positif," kata Aria.