Kamis 08 Jan 2015 18:23 WIB

MUI: Hukum Membuang Sampah Daur Ulang Adalah Tabzir

Rep: c83/ Red: Karta Raharja Ucu
  Pedagang membuang sampah di tempat sampah yang menggunung di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (8/1).    (Republika/Raisan Al Farisi)
Pedagang membuang sampah di tempat sampah yang menggunung di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (8/1). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku usaha diminta berkontribusi untuk mendorong kesadaran masyarakat serta memproses dan mengolah sampah sebelum dibuang. Tujuannya agar sampah yang dibuang aman bagi masyarakat dan lingkungan hidup.

Permintaan itu disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) usai mengeluarkan fatwa nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah. Fatwa itu dikeluarkan untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am Shaleh mengatakan, legislatif dapat melakukan pengkajian ulang dan membuat ketentuan peraturan perundangan. Sehingga dapat menjamin pengelolaan sampah secara efektif, termasuk pengawasan terhadap implementasi kebijakan di tingkat eksekutif.

Sementara rekomendasi untuk tokoh agama yakni agar tokoh agama membangkitkan kesadaran keagamaan masyarakat, jika membuang sampah sembarangan tidak benar secara agama. Membuang barang yang masih bisa digunakan masuk kategori tabzir (membuang-buang harta) dan tidak diperkenakan.

"Yang seperti ini menjadi penting. Lembaga pendidikan, tempat ibadah. Bagaimana tempat ibadah juga menjadi pionir untuk kepentingan kebersihan lingkungan kemudian perhatian terhadap buang sampah. Itu saya kira poinnya," kata Asrorun Ni'am Shaleh kepada ROL, Rabu (7/1). C83.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement