REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Salah satu tersangka penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo, Cherif Kouachi, pernah terlibat kasus pada 2008 lalu. Mantan pengacaranya pada saat itu menjelaskan bahwa Cherif bukanlah orang yang religius.
"Dia minum-minuman, merokok ganja, tinggal bersama kekasihnya," terang mantan pengacara Cherif, Vincent Ollivier.
Ollivier menggambarkan sosok Cherif sebagai bunglon yang bingung. Cherif bahkan pernah menyatakan bahwa ia hanya kadang-kadang saja menjadi Muslim kepada Ollivier. Sebelumnya, Cherif juga pernah bekerja sebagai pengantar pizza. Ollivier juga menyatakan bahwa Cherif gemar mendengarkan musik rap.
Berdasarkan penuturan Ollivier, Cherif sejak lahir tingga di Prancis. Kedua orang tuanya merupakan imigran asal Aljazair. Akan tetapi, saat ini kedua orang tuanya telah wafat.
Menurut Ollivier, awal mula ketertarikan Cherif terhadap Islam radikal berakar dari kemarahannya atas invasi Amerika Serikat ke Irak pada 2003 lalu. Ia kemudian bergabung bersama kelompok rekrutmen Irak di Paris yang dikenal dengan sebutan Jaringan Distrik Ke-19.
Kelompok ini kerap mengirimkan para Muslim Prancis yang masih muda untuk "berjihad" di Irak melawan AS. Keterlibatan Cherif dengan kelompok ini membuatnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Beberapa saksi mata menyatakan para pelaku penyerangan sempat hampir salah sasaran.
Pada saat melakukan penyerangan, para pelaku mulanya mencoba untuk masuk ke gedung di samping kantor majalah Charlie Hebdo. Setelah mereka menyadari kesalahan tersebut, mereka baru menyadari bahwa mereka tidak bisa memasuki kantor Charlie Hebdo tanpa kode.
Kemudian mereka memaksa salah satu kartunis yang kebetulan datang, Coco, untuk memasukkan kode. Setelah Coco memasukkan kodenya, para pelaku tersebut langsung menyerbu ke dalam kantor dan melakukan penembakkan.
"Dua orang bersenjata itu mengancam saya dan anak saya dengan brutal. Saya kemudian masukkan kode. Mereka lalu menyerbu masuk dan mulai melepaskan tembakkan," terang Coco.