REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Serangan terhadap Kantor Surat Kabar Charlie Hebdo di Paris telah membuat berbagai pihak terkejut, baik dunia maupun warga Paris sendiri.
Ketegangan ini sebenarnya sudah terbangun sejak lama dengan para imigran Muslim yang berada di Perancis. Bahkan, sepertinya ketegangan ini akan semakin besar dan membuat umat Islam di sana merasa dikucilkan.
Serangan yang terjadi pada Rabu kemarin diduga karena adanya kemarahan yang mendorongnya. Seperti yang dikutip laman Times, Jumat (9/1) umat Muslim Perancis telah marah karena surat kabar itu menerbitkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW. Gambar itu dinilai sudah menghina junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW.
Seperti diketahui, sebagian besar umat Islam di Perancis merupakan para imigran. Selain karena penanda Islam, alasan imigran juga menjadi penyebab banyak masyarakat Perancis bersitegang dengan umat Islam terutama yang dilakukan Charlie Hebdo. Berikut ini lima alasan Charlie Hebdo menyerang para imigran terutama umat Islam dilansir dari beberapa sumber:
Migrasi terbesar sepanjang masa
Sentimen anti-imigrasi di Perancis semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini sekitar 50 juta orang telah melakukan imigrasi dari penjuru dunia. Jumlah ini dianggap terbesar semenjak Perang Dunia II. Semua gerakan pengungsi ini sedang dirasakan di sepanjang perbatasan Eropa.
Frontex, lembaga perbatasan Uni Eropa, memperkirakan 270.000 orang mencoba memasuki Eropa secara ilegal tahun lalu. Mengalahkan jumlah sebelumnya yakni 141.000 pada 2011. Kemudian pada 2014, lebih dari 3.000 migran meninggal dalam upaya mereka untuk mencapai Eropa. (Los Angeles Times).
Keadaan ekonomi yang menyakitkan
Pengangguran kaum muda di Perancis berjumlah lebih dari 24%. Angka itu mungkin akan terus menanjak ke depan. Rata-rata orang di Perancis percaya sekitar 31% dari populasi mereka merupakan kaum Muslim. Namun pada kenyataannya, angka yang sebenarnya hanya 7,7%. Bahkan, penduduk Muslim jauh lebih kecil dari yang diyakini ini. (Eurostat)
Semakin besarnya masa anti-imigrasi
Dukungan terhadap Marine Le Pen Front Nasional, partai anti-imigrasi, terus meningkat. Pada 2010, 18 persen di Perancis mengatakan mereka setuju dengan ide-ide partai itu. Angka itu telah tumbuh setiap tahun. Bahkan, jajak pendapat terbaru, TNS Sofres menyatakan jumlah dukungan telah mencapai 34 persen. (BBC)
Jumlah pengangguran terendah sepanjang waktu di Paris
Jumlah pengangguran semasa Presiden Francois Hollande telah mencapai 12 persen. Perhitungan ini merupakan terendah sepanjang masa Presiden Prancis. Bahkan, menurut angka yang lebih baru, jumlah ini telah sampai 15 persen. Presiden berjanji untuk mengundurkan diri dan tidak akan ikut pemilihan ulang pada 2017 nanti. Ini dilakukan jika ia tidak bisa mengekang pengangguran. (BBC).
Masalah paspor
Pada Agustus 2013, Perancis memiliki waktu tunggu terpanjang ketiga di Eropa untuk imigran yang ingin melakukan naturalisasi. Rentang waktunya rata-rata 14 tahun. Menurut pejabat kontraterorisme AS, ada lebih dari 3.000 calon ISIS. Mereka percaya beberapa dari jumlah itu telah memegang paspor Barat. (Los Angeles Times).