Selasa 13 Jan 2015 17:05 WIB

25 ribu Warga Jerman Ikuti Demonstrasi Anti-Islam

Muslim Jerman
Muslim Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, DRESDEN -- Sekitar 25.000 warga Jerman berdemonstrasi di kota Dresden, Senin kemarin, dengan membawa slogan-slogan anti-Islam dan anti-imigran sambil melangsungkan belasungkawa kepada korban serangan bersenjata di Prancis pada pekan lalu.

Warga di Dresden nampaknya tidak mengindahkan seruan dari Kanselir Jerman Angela Merkel dan sejumlah politisi senior Jerman untuk tidak mengikuti demonstrasi dari PEDIGA--sebuah kelompok yang menentang arus Islamisasi di Eropa. Merkel bahkan menyebut mereka sebagai orang yang menyimpan bara "kebencian dalam hati."

Pada Selasa, Merkel akan turut ambil bagian dalam pembacaan puisi di Berlin yang diselenggarakan oleh kelompok Muslim untuk menghormati 17 orang yang terbunuh dalam serangan di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi di Paris. Pihak kepolisian memperkirakan bahwa pembacaan puisi di Berlin itu akan dihadiri oleh lebih dari 7.000 orang.

Sementara itu di Dresden, pemimpin PEDIFA Lutz Bachmann menuntut pemerintah untuk mengesahkan undang-undang imigrasi baru, memaksakan program integrasi bagi para imigran, dan memastikan bahwa warga Jerman yang turut berperang di negara lain tidak kembali lagi.

"Kami terus mendapatkan dukungan tambahan setiap pekannya," kata salah satu pendiri PEDIGA Kathrin Oertel kepada Reuters, Selasa (13/1).

"Kami semua menentang semua bentuk kekerasan dengan latar religius baik itu oleh Muslim ataupun Kristen. Masyarakat tengah menghadapi hal itu dan kini mereka memikirkannya dengan lebih dalam," kata Oertel.

Para pengunjuk rasa itu serempak mengenakan pakaian serba hitam dan mengibarkan bendera Jerman. Salah seorang di antara mereka membawa spanduk bertuliskan, "turut berduka cita pada keluarga korban teror di Paris." Sebagian demonstran pria dengan usia 50 tahun ke atas mengaku lebih mengkhawatirkan terus naiknya gelombang imigrasi dibandingkan dengan peristiwa di Prancis.

Spanduk dari mereka bertuliskan "hentikan multikulturalisme", "Kami bukan Nazi tapi setiap orang yang menikamati keramahan kami harus menghormati kebudayaan lokal" dan "hentikan pemberian suaka - satu orang sudah terlalu banyak!"

"Multikulturalisme terbukti tidak berjalan. Imigrasi adalah masalah utama. Mereka mencuri. Saya tidak ingin mereka di sini. Pemerintah tidak mendengar aspirasi kami," kata seorang demonstran Eugen Peuke (61).

Jerman adalah negara dengan aturan suaka paling liberal di dunia--terutama disebabkan oleh masa lalu Nazi. Pada tahun lalu, jumlah pencari suaka naik dua kali lipat menjadi 200.000 dari tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement