Selasa 13 Jan 2015 19:06 WIB
Calon Kapolri

Mengapa KPK Enggan Sebut Pemberi Gratifikasi Budi Gunawan?

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Indah Wulandari
Ketua KPK Abraham Samad (kanan) bersama Wakil Ketua Bambang Widjojanto memberikan keterangan terkait penetapan tersangka calon Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan di Gedung KPK Jakarta, Selasa (13/1). (Antara/Wahyu Putro A)
Ketua KPK Abraham Samad (kanan) bersama Wakil Ketua Bambang Widjojanto memberikan keterangan terkait penetapan tersangka calon Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan di Gedung KPK Jakarta, Selasa (13/1). (Antara/Wahyu Putro A)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Komjen (Pol) Budi Gunawan sebagai tersangka dugaan gratifikasi. Namun, KPK enggan membuka nama orang yang memberi hadiah saat Budi menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karir Deputi Sumber Daya Manusia Mabes Polri periode 2003-2006.

"Terkait siapa orang, berapa transaksi, bagaimana caranya, mohon maaf, itu belum bisa dijelaskan dan sebaiknya tidak dijawab sekarang," kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di gedung KPK, Selasa (13/1).

Ia mengatakan, sejauh ini KPK hanya bisa menyampaikan terkait hasil gelar perkara. Berdasarkan penyelidikan sejak Juli 2014, KPK mengeluarkan surat perintah penyidikan mantan ajudan Megawati Soekarnoputri pada Senin (12/1) kemarin.

Namun, Bambang memastikan, semua hal tersebut akan dikemukakan dalam dakwaan terhadap Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Kalemdikpol) tersebut.

Menurutnya, penetapan Budi sebagai tersangka telah melalui proses panjang. KPK mendapat aduan dari masyarakat terkait kasus yang membelit calon Kapolri yang diajukan Presiden Jokowi itu sejak 2010 silam.

Bahkan, dalam penelusuran rekam jejak calon menteri beberapa waktu lalu, nama Budi masuk dalam catatan merah KPK.

Bambang mengatakan, selama ini KPK menahan diri untuk berbicara terkait kasus tersebut karena proses sedang berjalan.

"Kami tidak boleh membuat pernyataan yang mengganggu proses yang sedang berjalan, jadi semua itu dilakukan untuk memastikan proses yang sedang berjalan bisa dilakukan dengan baik," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement