REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kasus majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, yang menewaskan 12 orang dalam aksi baku tembak dan penyanderaan sepanjang tiga hari yang mencekam sejak Rabu (7/1) sampai Jumat (9/1) di tidak berdampak hingga kelompok umat basis (KUB).
Tidak saja di kelompok umat basis, kasus per tanggal 7 Januari 2015 itu juga tidak akan berdampak buruk memicu perseteruan umat, karena kentalnya toleransi yang telah terpatri dengan baik dalam sanubari setiap penganutnya di Indonesiab termasuk di Nusa Tenggara Timur," kata Sekretaris Keuskupan Agung Kupang, Rm Gerardus Duka, Pr, di Kupang, Rabu (14/1).
Pastor Gerardus mengatakan hal tersebut menanggapi peristiwa serangan teroris tanggal 7 Januari yang menewaskan 17 orang dalam aksi baku tembak dan penyanderaan sepanjang tiga hari yang mencekam Rabu sampai Jumat di Paris, Darmartin-en-Goele, Mountrouge dan Porte de Vincennes.
Ia mengatakan meskipun serangan teroris yang terbesar dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, namun umat tingkat basis tidak terpancing sehingga tidak perlu dikhawatirkan bakal terpolarisasi dalam konteks kerukunan antarumat beragama.
Sebab, katanya, kerukunan dan toleransi beragama yang dilakukan selama ini tidak sebatas dengan kata-kata tetapi telah diimplementasikan dalam hidup bermasyarakat dan beragama, sehingga ketika muncul persoalan seperti itu, sulit dan tidak cepat terpancing.
Selain itu, katanya, semua agama mengajak umatnya untuk menjunjung tinggi harmoni, saling menghargai dan damai. Pembelajaran berharga dari tragedi berdarah ini bahwa atas nama kebebasan ekspresi dan kebebasan media, tidak serta merta orang dengan mudah bisa menghina dan melecehkan agama atau umat lainnya dalam bentuk apa pun.
"Kita imbau adanya solidaritas internasional di berbagai negara seperti Belgia, Austria, Spanyol, Jerman, Italia, Australia, USA, semua pemimpin dunia dan masyarakat mengutuk terorisme, harapan bersama akan meningkatnya toleransi dan menghormati perbedaan, serta keinginan kuat akan perdamaian dunia dimana pun," katanya.
Dunia, katanya, memang bersimpati terhadap korban aksi teror yang terjadi di Perancis. Beragam bentuk dukungan dan aksi solidaritas dengan slogan "Je Suis Charlie" mengemuka untuk menolak bentuk teror.
"Kita berharap situasi di Paris sudah mulai terkendali karena Pemerintah Prancis menerjunkan 500.000 polisi untuk menjaga keamanan di 700 sekolah Yahudi dan juga menerjunkan 100.000 polisi untuk mengamankan lokasi yang rawan serangan teroris seperti sinagoge, tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk penyelamatan umat manusia yang tidak bersalah," katanya.
Perkembangan situasi terakhir yang terjadi di kota Paris menyusul terjadinya serangan teroris di kantor media Charlie Hebdo, minggu lalu, aman dan terkendali hingga saat ini kata Minister Conseiller Arifi Saiman.
Dia mengatakan, dalam acara gerak jalan atau long march dari Place de la Republique sepanjang tiga kilo meter menuju Place de la Nation dalam rangka Marche Republicaine, Duta Besar RI untuk Prancis, Kepangeranan Andorra, Monako dan Unesco, Dr. Hotmangaradja Pandjaitan bersama sejumlah home staf KBRI Paris ikut dalam gerak jalan itu.