REPUBLIKA.CO.ID, MONGOMO -- Peristiwa di Estádio 11 de Novembro, Luanda, Angola, 31 Januari 2010, masih lekat dalam ingatan Asamoah Gyan. Kala itu, Gyan, bomber andalan tim nasional Ghana, turut andil membela panji negara pada partai puncak Piala Afrika 2010.
Meski telah berikhtiar ditopang segala daya dan upaya, hasil akhir tak sesuai harapan. Gyan dan kawan-kawan kudu menyerah 0-1 atas Mesir akibat gol tunggal Mohamed Nagy kala laga tersisa lima menit. Kekalahan jelas memiliki dampak nan masif.
Pasalnya, dahaga Ghana untuk menjadi tim terbaik di Afrika sejak 1982 atau yang kelima sepanjang sejarah Piala Afrika, urung terwujud. Setelah itu, Black Stars, julukan Ghana, memiliki kesempatan tampil sebagai jawara pada Piala Afrika 2012 dan 2013.
Namun, kiprah Ghana di kedua turnamen itu terhenti pada fase empat besar. Kini, pada 2015, di bawah kepemimpinan Gyan, sang kapten, asa untuk mengakhiri dahaga kembali diapungkan.
"Kami ingin mematahkan kutukan tersebut (tidak memenangkan Piala Afrika sejak 1982). Itu yang masyarakat Ghana dan para pemain inginkan," kata Gyan dilansir laman resmi Konfederasi Sepak Bola Afrika, Ahad (18/1).
Menurut pemain yang kini berusia 29 tahun tersebut, skuat Ghana terkini memiliki kapabilitas untuk meraih target tersebut. Salah satu alasannya adalah keberadaan mayoritas pemain-pemain muda penuh kualitas di dalam tim.
Gyan beserta seluruh elemen Ghana akan memulai perjuangan di Piala Afrika 2015, dengan menghadapi Senegal pada laga pembuka Grup C di Estadio de Mongomo, Mongomo, Guinea Khatulistiwa, Senin (19/1), waktu setempat.
Di mata Gyan, persaingan keempat negara di Grup C akan berjalan ketat. Sebab, selain Senegal, terdapat dua negara unggulan lainnya yaitu Afrika Selatan dan Aljazair.
"Kami harus tetap fokus. Sebagai kapten, saya akan memastikan seluruh pemain menjalani turnamen dengan pikiran positif, tidak ada gangguan. Dengan kualitas yang kami miliki, kami bisa melaju," kata Gyan.