REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Ketua DPD Organda Bali, Edi Dharma mengaku pihaknya belum berencana menurunkan tarif angkutan di wilayah Bali. Karena, kata Edi, kenaikan yang pernah dilakukan belum sepadan dengan kenaikan faktor penentu biaya operasional angkutan.
"BBM kan pegaruhnya 25 persen tapi suku cadang pengauhnya 45 persen dan kenaikan suku cadang sangat tergantung pada kurs dolar," kata Edi.
Sekarang ini katanya, kurs dolar yang tinggi membuat harga suku cadang sangat mahal. Karena itu katanya, pihaknya belum bisa menurunkan tarif angkutan umum. Di daerah lain kata Edi, kebijakannya juga tidak jauh berbeda dan sepakat tarif angkutan umum belum disesuaikan.
Smentara itu petugas di Pelabuhan Ketapang Jawa Timur, Gozali, mengaku belum tahu, apakah tarif penyeberangan di Ketapang-Gilimanuk akan diturunkan. Memang banyak penumpang yang menanyakan soal penyesuaian tarif, namun memang belum ada kepastian.
Penurunan harga BBM disebutkan sejumlah pedagang makanan tidak berpengauh terhadap harga-harga kebutuhan pokok.
Menurut Asad, pengelola dan pemilik rumah makan di Denpasar, tidak akan mempengaruhi harga kebutuha pokok yang telah melambung. "Mana harga makanan turun. Kalau sudah sekali naik ya tetap naik, mana bisa turun," katanya.
Paling-paling, kata Asad, yang turun itu harga cabe karena selama ini harganya yang mahal dipengaruhi oleg cuaca. Kalau harga beras, kini semuanya sudah di atas Rp 10.000. "Tapi kalau harga bahan pokok turun, kami bisa juga menurunkan harga makanan yang kami jual," katanya.