Selasa 20 Jan 2015 19:03 WIB

Komunitas Muslim di Darwin Bahas Pelecehan Terhadap Wanita Berjilbab

Red:
Forum diskusi Komunitas Muslim di Darwin.
Foto: Foto kiriman: Azim Razi
Forum diskusi Komunitas Muslim di Darwin.

REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Komunitas Muslim di Kota Darwin, Australia, bertemu guna membahas kasus-kasus pelecehan yang dialami sejumlah wanita berjilbab yang dikabarkan terjadi belakangan ini.

Forum diskusi yang dihadiri pemimpin agama, politisi, organisasi perempuan, serta pihak kepolisian Northern Territory ini berlangsung di Gedung Pertemuan Masjid Kota Darwin, Ahad (18/1).

Menurut catatan ABC, di penghujung tahun 2014 muncul ancaman terhadap wanita berjilbab di daerah Top End yaitu wilayajh paling utara di Northern Territory. Saat ini pun, pihak Kepolisian Northern Territory masih sedang menyelidiki kasus ancaman terhadap wanita berjilbab yang terjadi Kota Palmerston, di pinggiran Darwin.

Ancaman-ancaman tersebut menyusul pemberitaan media mengenai serangan terhadap sejumlah masjid sepanjang tahun 2014 lalu, meskipun sejauh ini tidak ada serangan berarti yang terjadi di Darwin.

Asim Razi, moderator forum diskusi, kepada ABC menjelaskan, kegiatan ini didorong oleh keinginan untuk mengungkap kekhawatiran yang dialami komunitas Muslim saat ini. "Secara umum, Northern Territory sangat aman dan komunitas Muslim merasa diterima di sini," katanya.

"Saya sendiri tidak pernah mendengar keluaraga atau kenalan saya mengalami pelecehan. Kami merasa lebih aman dibandingkan dengan kota-kota lainnya," tambah Razi, mahasiswa kedokteran yang kelahiran Arab Saudi.

Menurut dia, kegiatan ini menekankan kembali pentingnya kerja sama lintas budaya dalam mengatasi Islamophobia. "Komunitas Muslim harus lebih proaktif misalnya dengan membuka masjid bagi siapa saja," katanya. "Dengan demikian semua orang bisa tahu Islam itu seperti apa."

Michael Murphy yang mewakili Kepolisian Northern Territory dalam forum itu mengatakan siapa pun yang mengeluarkan ancaman terhadap orang lain terkait dengan pakaian yang dikenakan, akan dikenakan tuntutan hukum. "Pesannya jelas, mengancam orang lain tidak bisa dibenarkan," tegas Asisten Komisioner Michael Murphy di depan peserta.

Sementara itu imam Masjid Darwin Daud Yunus, mengatakan cara reaksi terbaik menghadapi pelecehan adalah tidak bereaksi sama sekali.

Pembicara lainnya dalam forum ini termasuk Jaya Srinivas dari the Indian Cultural Society and politisi lokal Lauren Moss. Selain itu, juga hadir perwakilan dari organisasi Ruby Gaea, Melaleuca Refugee Centre dan the Top End Women's Legal Service.

Selama ini Masjid Kota Darwin menjadi tempat ibadah bagi kaum Muslim dengan berbagai latar belakang namun yang paling menonjol adalah dari Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Somalia dan India.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement