Rabu 28 Jan 2015 17:07 WIB

Dua Penyebab Berkembangnya Aliran Sesat di Indonesia

Rep: c08/ Red: Agung Sasongko
Aliran sesat (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Aliran sesat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bermacam aliran sesat baik dalam skala besar maupun kecil masih banyak bermunculan di Indonesia. Ada yang masuk ke beberapa daerah, kebupaten, dan mencakup di provinsi tertentu.

Ketua Komisi Kajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Utang Ranuwijaya menyebutkan beberapa penyebab berkembangnya aliran sesat di Indonesia. Alasan pertama, karena rentannya persoalan akidah di tengah-tengah suatu masyarakat. Hal inilah yang kemudian membuat mudahnya dirasuki paham-paham yang sebenarnya menyimpang dari ajaran Islam.

“Ada masyarakat yang rentan dengan persoalan akidah, karena kekurangan kepngetahuan agama. Kemudian paham-paham baru yang masuk mereka anut dan dianggap sebagai paham yang normal, padahal sebenarnya sudah menmyimpang,” kata Utang kepada ROL, Rabu (28/1).

Hal inilah, menurut Utang, yang kemudian semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat sehingga jumlah pengikutnyan semakin besar. Faktor lain yang menyebabkan perkembangan aliran sesat adalah tidak sampainya siar agama ke suatu wilayah tertentu.

Hal ini biasanya terjadi di wilayah-wilayah terpencil, sehingga akses penyiaran agama Islam tidak berjalan dengan maksimal.  “Keluasan pengetahuan agama seseorang kadang masih banyak yang terbatas. Dan ada aliran baru yang kemudian dianggap sebagai ajaran agama, padahal itu bukan,” ujar Utang.

Untuk mencegah hal ini, Utang berpendapat perlunya kerjasama dari seluruh pihak baik kalangan ulama, tokoh masyarakat, dan masyarakat secara umum untuk sama-sama menyiarkan dakwah Islam. Sebab kata dia tugas untuk menyebarkan agama adalah tanggung jawab setiap pemeluk agama Islam.

Bila dakwah sudah serentak sesuai dengan ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW, ia yakin perkembangan aliran sesat akan dapat dicegah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement