Selasa 03 Feb 2015 01:39 WIB

Harga Beras Capai Level Tertinggi

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Mansyur Faqih
 Pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras, Jakarta, Kamis (25/9).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras, Jakarta, Kamis (25/9).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Harga beras pada awal Februari semakin melambung. Seperti di Kabupaten Subang, Jabar, harga beras untuk kualitas super (poles) mencapai Rp 12 ribu per kg. Sedangkan yang terendah Rp 9.200 per kg. 

Harga saat ini merupakan yang tertinggi di sepanjang perjalanan bisnis komoditi tersebut. Zaenal Fahrudin (30 tahun), pedagang beras asal Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, mengatakan, harga beras sedang berada di posisi puncak. 

Apalagi, sampai saat ini belum ada daerah sentra padi yang sudah panen raya. Sehingga, harga beras akan semakin melambung. Karena, dipengaruhi oleh stok gabah yang minim sedangkan permintaan cukup tinggi.

"Harga beras yang mahal ini, diprediksi akan terus bertahan sampai musim panen raya tiba," ujarnya, kepada Republika, Senin (2/2). 

Menurutnya, harga beras saat musim rendeng tahun ini merupakan yang termahal. Padahal, pada musim yang sama tahun lalu, harga beras tertinggi hanya di kisaran Rp 9.400 per kg. Harga tersebut, untuk beras kualitas super atau poles yang benar-benar bagus.

Namun, tahun ini beras yang serupa harganya tembus Rp 12 ribu per kg. Kenaikannya sekitar 30 persenan. Sebenarnya, kondisi seperti yang diuntungkan pedagang. Karena, pengeluaran untuk modal relatif normal. 

Sedangkan, permintaan di masyarakat cukup tinggi. "Jadi, keuntungan bagi kami itu, kalau harga beras tak berubah-ubah," ujarnya.

Tetapi, bila musim panen raya harga beras akan alami fluktuasi. Bahkan, kecenderungannya terus turun. Misalkan, hari ini pedagang keluarkan modal Rp 10 juta untuk membeli beras. Dalam hitungan detik berikutnya, harga beras kembali turun. 

Sementara itu, Dayat (55 tahun), pemilik PD Jembar Pasar Rebo Purwakarta, mengaku, saat ini tak ada suplai beras sejak sepekan terakhir. Biasanya, dalam dua hari sekali kios miliknya selalu dikirim beras dari Subang, minimal 20 ton. "Tapi, sepekan terakhir ini tak ada kiriman," ujarnya. 

Beruntung, stok beras di gudang miliknya masih cukup banyak. Yakni, bisa untuk mencukupi kebutuhan sebulan ke depan. Dengan asumsi rata-rata penjualan mencapai seton per hari.

Dengan harga beras yang mahal ini, lanjutnya, tren penjualan jadi berubah. Biasanya konsumen membeli beras dalam kemasan karung, seperti yang 10 kg atau 25 kg. 

Saat ini, banyak yang beralih ke eceran. Dalam arti pembeliannya pakai satuan liter. Selain itu, beras yang banyak diminati, yakni yang kualitas super dan sedang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement