REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Jawahir Thontowi, visi Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) mendatang tidak lepas dari wacana Presiden Joko Widodo, yakni membangun Indonesia dari pinggiran. Ini karena, lebih dari 60 persen umat Islam Indonesia berdomisili di perdesaan sebagai petani.
Itu sebabnya, Jawahir berharap KUII mendatang agar mengilhami penguatan sektor agraria umat Islam untuk Indonesia. “KUII mendatang agar juga fokus penguatan bargaining position para petani kita,” ujar Prof Jawahir Thontowi kepada ROL di Jakarta, Senin (3/2).
Jawahir melanjutkan, tanah merupakan modal ekonomi milik para petani yang harus dilindungi agar tidak lepas ke tangan investor asing. Lantaran itu, para petani harus didampingi agar tidak mudah menjual tanahnya. Jika para petani yang mayoritas Muslim ini kehilangan tanahnya, Jawahir menjelaskan, maka mereka kian terpinggirkan dalam sistem ekonomi nasional yang tergerus kapitalisme global.
“Harapannya, kongres ini mampu menghadang proses globalisasi agar tidak masuk ke perdesaan. Apalagi, kegagalan politik umat Islam Indonesia saat ini lebih disebabkan persoalan ekonomi. Kan tidak mungkin, kaderisasi politik tanpa dukungan modal,” ungkapnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta pada 8-11 Februari 2015. Dalam pelaksanaannya, KUII akan membahas segala persoalan yang dihadapi umat Islam.